Minggu, 28 Juli 2013

“Keselamatan oleh nama Yesus”



Kisah Para Rasul 4 : 12 : Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan
Matius 28 : 1-4

1 Korintus 15 : 1-8
Surga adalah tempat tinggal Allah, suatu tempat untuk menyatakan hadirat dan kemuliaan-Nya dalam segala keagungan, Dia memiliki hak penuh untuk menentukan siapa dan dengan syarat apa seseorang dapat diterima di surga. Kepercayaan lain mengenai bagaimana dan mengapa kita diterima di surga sudah pasti salah.
Seseorang bisa saja menjawab dengan percaya diri tinggi ketika ditanya mengenai imannya, dengan mengatakan: "Saya berdoa. Saya membaca Alkitab. Alkitab adalah buku terindah yang pernah ditulis. Saya seharusnya masuk surga; kalau tidak, itu tidak menyenangkan. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Suara hati saya sangat jernih. Jiwa saya pun seputih bunga melati yang tumbuh di sana, dan saya akan langsung ke surga.". Apakah cukup dengan mengatakan hal-hal di atas lantas manusia dapat masuk surga?
Allah sendirilah yang menentukan siapa yang akan langsung pergi ke surga. Dalam Alkitab, firman Allah yang kudus, Dia menyatakan bahwa hanya mereka, yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang akan diterima di surga. Nats hari ini, Rasul Paulus mengatakan, "Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan".
Penilaian diri tentang kemurnian jiwa dan kelayakan karakter seseorang untuk masuk surga bukanlah kriteria. Hanya firman Allah yang memberi kita standar penerimaan di surga yaitu: Jika kita percaya pada Kristus dan mengimani janji keselamatanNya maka keselamatan itu akan kita terima dan surgapun kita raih. Amin

Mari kita berdoa:
Terimakasih ya Tuhan Allah kami, yang baik dan penuh kasih atas firmanMU hari ini yang mengingatkan kami tentang jalan keselamatan. Kami menyatakan mau menerima karya Kristus dalam hidup kami karena dengan jalan itulah kami selamat. Kuatkanlah kami ya Tuhan agar iman dan percaya kami teguh. Amin 
(HDI Sipahutar, HKBP Bandung Reformanda)

Pencobaan dari Tuhan



Yakobus 1 : 2 - 3 : “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Rom 5 : 1-5

Zefanya 3 : 14-15
Sebuah artikel menceritakan seorang ibu Merry berusia 72 tahun. Ia menderita kanker lever stadium akut. Dokter memvonis bahwa hidupnya tinggal hitungan bulan. Perutnya membesar, dan kerap kali ia harus menanggung kesakitan di sekujur tubuh. Diceritakan, seorang pendeta menengoknya di rumah sakit. Setelah pendeta ini membacakan firman Tuhan, pendeta ini mengajaknya bernyanyi, sebelum berdoa. "Tante mau nyanyi lagu apa?" tanya pendeta tersebut. Wajahnya yang kurus pucat tidak melunturkan semangat dan senyumnya berkata: "Lagu Berserah kepada Yesus,".
Sungguh luar biasa. Seseorang yang seakan sudah dekat dengan kematian, di tengah deraan sakit yang hebat, melantunkan pujian: "Aku berserah, aku berserah, kepada-Mu Juru Selamat, aku berserah." Inilah iman yang sejati. Sangatlah biasa bila dalam keadaaan berkelimpahan, hidup senang, dan sehat, seseorang memuji-muji Tuhan. Tetapi, sungguh istimewa bila ditengah kesulitan hidup, dalam pencobaan yang berat, seseorang masih bisa memuji dan mengagungkan nama Tuhan.
Yakobus menyebutkan berbagai pencobaan sebagai "ujian terhadap imanmu". Pencobaan yang diijinkan Allah menimpa kehidupan orang percaya adalah sebagai ujian dari kesungguhan iman. Alkitab tidak mengajarkan bahwa kesulitan didalam hidup ini selalu menandakan bahwa Allah tidak senang dengan kita. Kesulitan tersebut dapat menjadi tanda bahwa Allah mengakui komitmen kita kepada Dia
Dalam menghadapi pencobaan dan pergumulan, seorang Kristen harus hidup dengan tidak hanyut dalam perasaan yang tertekan, gagal, dan suasana perkabungan. Karena ada satu keyakinan bahwa pencobaan yang dialaminya adalah untuk menguji imannya dan mendewasakan kehidupan rohaninya. Proses pergumulan dari dukacita menjadi sukacita bergantung kepada pengenalan akan Allah, yang memberi kekuatan untuk menghadapi segala pencobaan. Itulah sebabnya kata ‘berbahagia’ yang dipakai Yakobus bukan berdasarkan dukungan secara material tetapi kekayaan rohani, sehingga mampu menempatkan pencobaan sebagai uji iman.
Pencobaan dan pergumulan apakah yang sedang kita alami? Bagaimana kita memandang dan menyikapinya, sangat bergantung pada persepsi kita tentang pencobaan tersebut. Renungkan kata-kata Yakobus dalam suratnya ini! Amin

Mari kita berdoa:
Aku bersyukur padaMu ya Tuhan, atas pergumulan yang kualami yang Kau ijinkan, karena aku yakin itu akan menguatkan iman dan percayaku kepadaMu. Sertailah aku ya Tuhan agar aku bertekun dalam pengharapan bahwa Kau akan menyelamatkan jiwaku. Amin.

(HDI Sipahutar, jemaat HKBP Bandung Reformanda)

Selasa, 23 Juli 2013

Kebaktian Pagi HKBP Bandung Reformanda


St Mervin Hutabarat, Pdt Saut Sirait, St SPH Marbun, Natal br Pangaribuan terlibat dalam Kebaktian Pagi di Jalan Sumedang No 2 Bandung


Pembahasan firman Tuhan dengan saling membagi pengalaman iman diantara peserta.
 Ir Heppy Sirait, ketua pembangunan dan beberapa jemaat ikut menghadiri kebaktian pagi yang diadakan pertama kali di Jalan Sumedang No 2 Bandung.
Keluarga R Pinayungan br Hutapea, St TP Sirait, Pdt Saut Sirait








Gambar yang menunjukkan salah satu kegiatan pelayanan HKBP Bandung Reformanda yaitu Kebaktian Pagi yang untuk pertama kali dilaksanakan, Sabtu 20 Februari 2010, di tanah / bangunan yang telah dibeli oleh jemaat HKBP Bandung Reformanda. Haleluya.

Kamis, 18 Juli 2013

“Kasih Allah”



1 Yohanes 4 : 9 : “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya
 
1 Petrus 1 : 18-21
Jesaya 30 : 18-24
Kasih adalah salah satu sifat dari Allah. Kasih menjadi dasar dan yang membentuk hubungan Allah dan manusia. Berbagai perbuatan Allah bagi manusia adalah sebagai tindakan kasih. Dalam ayat ini Yohanes menunjuk kepada puncak pernyataan dan wujud kasih Allah kepada manusia yaitu diutusnya Yesus AnakNya yang tunggal ke dunia.
Ayat ini menegaskan bahwa kedatangan Yesus ke dunia adalah bukti dari kasih Allah. Yesus datang ke dunia untuk menggantikan manusia menjalani hukuman atas dosa. Kematian-Nya memberi hidup kepada manusia yang percaya pada-Nya, dan ini bukan karena manusia mengasihi Allah. Kita tidak dapat memahami kasih Allah jika tidak mengerti atau mengabaikan peristiwa kematian Yesus di kayu salib. Penjelasan tentang kasih Allah di luar salib Kristus adalah penjelasan kasih yang tidak sempurna.
Hidup dalam kasih merupakan bukti hidup bersama Allah. Sebab itu kini kita yang telah menerima kasih Allah harus meresponsnya atau menyambutnya dan mewujudkan kasih itu di dalam kehidupan pribadi kita. Jika tidak, maka tidak ada bukti bahwa kita telah mengalami kasih Allah dan juga tidak ada bukti bahwa kita sedang berelasi atau berhubungan dengan Allah. Sekali lagi  kita diingatkan bahwa hubungan kita dengan Allah dan sesama harus didasari atas kasih Allah tersebut.
Kita, manusia sebagai ciptaan Allah memiliki kemampuan untuk mengasihi. Tetapi kasih yang kita miliki dan wujudkan akan sempurna jika kasih itu menunjuk atau didasari pada salib Kristus. Kasih Kristus adalah penuh pengorbanan, demi keselamatan manusia dari kematian Dia rela mati disalib. Inilah kasih yang harus menjadi dasar perilaku hidup kita dan juga dasar dari pelayanan kita kepada Allah. Marilah kita renungkan: “Kasih adalah kesediaan untuk berkorban, maukah kita berkorban demi memenangkan jiwa-jiwa?” Amin. (HDISipahutar)

Mari kita berdoa:
Bapa yang baik kami bersyukur Kau memberikan AnakMu untuk keselamatanku sebagai bukti kasihMu atas diriku. Bukalah mata hatiku untuk mengerti dan menerima kasihMu. Ajarlah kami juga untuk menerapkan kasihMu dalam kehidupan pribadi kami. Amin.

Rabu, 17 Juli 2013

CIRI HIDUP ORANG KRISTEN



Efesus 4:32 : “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu

2 Timotius 2 : 23-26
Yosua 2 : 8-14

            Apabila kita mengunjungi mal atau pusat belanja, maka kita akan menjumpai gaya atau penampilan khas anak-anak remaja. Berbagai atribut yang dipakai seperti baju, pernak-pernik sampai tingkah lakunya merupakan ciri khas anak jaman sekarang atau dikenal dengan istilah “anak gaul”. Atribut yang mengikuti “tren” yang mereka pakai dapat disimpulkan merupakan cara mereka “menyatakan” identitas mereka dengan harapan orang memahami siap dirinya. Dalam nats kita, Paulus mengajak jemaat Efesus untuk berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya agar mereka berbeda dengan orang yang di luar Kristus. Penekanan Paulus terutama pada (1) moralitas bagi kehidupan orang Kristen diantaranya, tidak berdusta, tidak emosional, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah, menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor. (2) pola kasih Kristus yang rela berkorban demi umat-Nya, Ia rela mempersembahkan diri-Nya sebagai korban persembahan yang harum bagi Allah. Paulus ingin agar jemaat Efesus mempraktekkan pola kasih Kristus dalam kehidupannya, bukan saja sebagai keharusan tetapi juga sebagai tanda atau ciri khas dalam kehidupan orang Kristen. Zaman sekarang sulit menemukan orang Kristen yang menerapkan pola kehidupan dengan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran Paulus. Akan tetapi jangan diartikan kesulitan itu sama dengan tidak mungkin. Yesus telah mencontohkan hal tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang menjadi mungkin bagi kita karena Kristus menolong kita. Maukah kita mendasarkan hidup kita pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga ciri khas kita sebagai orang Kristen nyata dalam dunia ini? Amin. (HDISipahutar)

Mari kita berdoa: Terimakasih Bapa yang baik atas ayat yang boleh kami baca hari ini. Kami diingatkan untuk mencontoh AnakMu Kristus agar kami saling mengasihi dan mengampuni. Karenanya ya Bapa berikan kami kekuatan agar kami mampu melakukannya. Amin.

Jumat, 12 Juli 2013

“MARI BERSAKSI” (Mazmur 9 : 2)


“Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatanMu yang ajaib”

Kolose 3 : 1-4
Mazmur 118 : 5-9

            Kitab Mazmur adalah kitab yang berbentuk puisi dan nyanyian. Secara umum berisi ungkapan hati sang pemazmur kepada TUHAN. Ungkapan hati ini dapat berupa pujian, rasa takut, rasa aman, ucapan syukur ,doa, permohonan dan lain-lain.
Ayat yang kita baca merupakan bagian awal dari pasal 9, tentang ungkapan rasa syukur pemazmur (dalam hal ini Raja Daud) karena pemeliharaan TUHAN atas dirinya. Dia mengatakan :” Aku bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati ...”. Pengertian bersyukur, berhubungan dengan rasa terimakasih dan pujian. Itu artinya didalamnya ada penyembahan dan ada kerendahati hati. Karena ungkapan syukur mengandung pujian dan penyembahan maka ungkapan syukur hanya pantas diberikan pada TUHAN. Dari ayat ini kita belajar bahwa sepantasnyalah kita bersyukur pada TUHAN atas apa yang sudah Ia berikan pada kita. Marilah kita pikirkan apa saja yang sudah TUHAN berikan / lakukan pada kita. Dan tanyakan siapakah kita sehingga kita dipelihara oleh TUHAN? Karenanya patulah kita meniru Raja Daud mengucapkan syukur, karena kita boleh hidup, selamat bukan karena kekuatan kita, melainkan karena kemurahan dan anugerah dari TUHAN semata (sola gratia). Selanjutnya Daud berkata: “....aku mau menceritakan segala perbuatanMu yang ajaib”. Inilah yang kita lakukan yaitu bersaksi atau menceritakan segala hal yang dilakukan TUHAN pada kita. Ceritakanlah atau saksikanlah pada teman atau sekeliling kita tentang TUHAN, tentang perbuatanNya yang ajaib, anugerahNya, kebaikanNya, kemurahanNya. Seperti Raja Daud, kitapun jangan malu untuk bersaksi atau menceritakannya karena itu juga merupakan cara kita untuk mengungkapkan rasa syukur kita padaNya. Amin. (HDISipahutar)

Mari kita berdoa: Aku bersyukur padaMu ya Tuhan atas ayat yang boleh kubaca hari ini, aku disadarkan untuk bersaksi kepada teman-temanku, menceritakan segala perbuatanMu yang ajaib yang kualami selama ini. Karenanya tolonglah aku untuk dapat melakukannya sebagai rasa syukurku kepadaMu, ya TUHAN. Amin.

Rabu, 10 Juli 2013

“MARI BERTOBAT” (Yoel 2 : 13a)


Yoel 2 : 13a : Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu!

Yohanes 10 : 22-29
Zefanya 2 : 1-3

            Ayat ini merupakan bagian dari perikop yang berjudul ‘seruan untuk bertobat’. Seruan bertobat ini datang dari TUHAN sendiri (baca Yoel 2:12). Dari ayat itu pula tertulis bahwa pertobatan itu harus dilakukan sekarang juga artinya tidak menunggu waktu yang baik atau kalau sudah siap, tetapi sekali lagi waktunya adalah sekarang.
            Perkataan “koyakkanlah hatimu” terungkap suatu pengertian bahwa pertobatan yang diminta TUHAN adalah pertobatan yang bersifat imani (rohani) bukan pertobatan yang bersifat luar (kosmetik/jasmani) seperti tertulis “…dan jangan pakaianmu,..”.
            Dari ayat di atas maka pertobatan diartikan sebagai kesadaran (menyesali) akan dosa (pelanggaran pada perintah / hukum Allah) yang telah dilakukan dan setelah itu berbalik kepada TUHAN meninggalkan atau tidak melakukan dosa lagi. Jadi bukan sekadar sadar dan menyatakan penyesalan atas dosa yang telah dilakukan saja tetapi secara sadar dan tegas meninggalkan dosa itu dan berbalik / kembali kepada TUHAN Allah.
            Pengertian lain adalah bila kita sadar telah melakukan dosa maka kita bukan lari dari TUHAN melainkan harus datang kepada TUHAN sehingga tidak mati karena dosa tetapi justru beroleh hidup karena penghapusan dosa oleh TUHAN.
Bila kita cermati isi dari Yoh 3:16 terungkap disana cara TUHAN menyelamatkan manusia dari dosa yaitu dengan percaya pada Yesus Kristus.
            Karena itu ambillah keputusan saat ini juga untuk mengkoyakkan hati kita tanda penyesalan secara iman akan dosa-dosa kita dan berbalik kepada TUHAN, datang kepadaNya menerima uluran tanganNya sehingga kita akan terhindar dari maut karena dosa tidak lagi menguasai hidup kita. Amin.

Mari kita berdoa: Terimakasih Tuhan aku boleh disadarkan tentang bagaimana aku harus bertobat. Karenanya ya Tuhan beri aku kekuatan untuk meninggalkan dosa-dosa yang telah kulakukan dan berbalik datang kepadaMu. Amin. (HDISipahutar)

“KASIHILAH SESAMAMU” (Yakobus 3 : 16)



Yakobus 3 : 16 : Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Yakobus 4 : 1-10
Keluaran 21 : 1-11

            Semenjak manusia pertama (Adam dan Hawa) jatuh dalam dosa maka hidup manusia tidak luput dari pengaruh dosa. Pengaruh dosa dalam diri manusia itu antara lain timbul sifat iri hati dan mementingkan diri sendiri. Iri hati dan mementingkan diri sendiri bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dan dari setan-setan (baca Yak. 3:15).
            Sifat iri hati membuat hati manusia tidak senang / tenang bila melihat orang lain lebih baik atau lebih berhasil dibandingkan dengan dirinya karenanya dapat menimbulkan kebencian pada sesama, dendam (pikiran jahat) dalam hatinya bahkan timbul keinginan untuk mencelakai sesamanya.
            Sifat mementingkan diri sendiri membuat lebih memikirkan kebutuhannya sendiri tidak peduli pada kepentingan orang lain karenanya sifat ini akan cenderung menghantarkan manusia untuk tidak taat kepada kebenaran, membuat manusia taat pada kelaliman.
            Dari tanda atau ciri-ciri kedua sifat ini maka orang yang memiliki sifat-sifat demikian dapat membuat dirinya tidak sejahtera juga cenderung membuat orang lain susah, dalam hatinya timbul niat untuk berbuat jahat, misalnya mencelakai bahkah membunuh sesamanya.
            Jelas sifat ini sangat bertentangan dengan hukum terutama seperti yang dikatakan Yesus Kristus: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’ (Mat 22:39), bukan membenci sesama apalagi mencelakainya (bandingkan dengan hukum ke enam: ‘jangan membunuh’).
            Marilah kita menghindarkan sifat iri hati dan mementingkan diri sendiri tetapi menerapkan hidup yang mengasihi kepada Tuhan Allah dan sesama manusia sehingga kita terhindar dari kebencian, pikiran jahat yang dapat menimbulkan kekacauan dan perbuatan jahat. Amin.

Mari kita berdoa: Aku bersyukur padaMu ya Tuhan atas ayat yang boleh kubaca hari ini, aku disadarkan untuk mengasihi sesamaku. Tolonglah aku untuk dapat mengasihi sesamaku sehingga dalam hatiku tidak ada kebencian dan pikiran jahat. Amin (HDISipahutar)

Selasa, 09 Juli 2013

Persembahkanlah yang terbaik bagi TUHAN (Markus 12:41-44)



Nats yang menceritakan tentang seorang perempuan janda miskin dengan 2 peser persembahannya mengajarkan tentang iman, motivasi, sikap dan prioritas hidup. Dari sekian banyak orang kaya yang memberikan persembahan mereka di Bait Suci, Yesus mengatakan bahwa persembahan janda miskin yang hanya 2 peser itulah yang terbanyak. Ini menunjukkan bahwa Yesus mempunyai ukuran yang berbeda dengan ukuran manusia dalam menilai suatu  persembahan.
Mengapa Tuhan Yesus berkata, "sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." Tuhan Yesus hendak mengajar para murid-Nya bahwa nilai persembahan tidak ditentukan oleh jumlahnya. Ketika banyak orang memberi dalam jumlah banyak, Tuhan Yesus tidak memberi komentar apa-apa, tetapi ketika seorang janda memberi dua peser, yaitu satu duit ("peser" adalah mata uang terkecil pada saat itu, sedangkan "duit" adalah mata uang Romawi), Tuhan Yesus langsung memuji janda itu dan mengatakan bahwa janda itu memberi lebih besar daripada yang lain. Mengapa demikian? Pertama, persembahannya menunjukkan ketulusan hati sang janda dalam mengasihi Tuhan, sehingga ia memberikan semua miliknya. Kedua, persembahannya itu menunjukkan bahwa janda ini mengutamakan Tuhan sehingga ia memberikan yang terbaik, yaitu seluruh nafkahnya.
Melalui nats ini juga bisa kita peroleh tentang ukuran suatu persembahan yaitu: Persembahan kita diukur oleh motivasi dari si-pemberi. Seberapa besarpun persembahan kita namun jika diiringi dengan sungut-sungut dan motivasi yang tidak benar, maka di hadapan Tuhan adalah sama dengan tidak memberi, bahkan lebih baik tidak memberi sama sekali. Persembahan kita haruslah dimotivasi oleh karena kasih kita kepada Tuhan.
Persembahan kita diukur bukan dari jumlahnya namun dari porsinya. Allah tidak meminta jumlah persembahan yang sama dari tiap umatNya. Kepada siapa banyak diberi, maka daripadanya akan lebih banyak dituntut. Orang kaya dalam nats ini memberikan jumlah yang banyak, tapi mereka memberi dari kelebihan mereka; janda miskin memberikan sedikit, hanya 2 peser, namun dia memberi dari kekurangannya karena hanya itulah yang dimiliki. Memberi dari kelebihan adalah  hal biasa, memberi dari kekurangan baru luar biasa karena itu memerlukan iman yang kuat.
Memberi persembahan adalah hal yang baik, karena itu dimintakan oleh firman Tuhan, namun janganlah kita menganggap diri lebih terhormat / lebih rohani dari orang lain karena merasa telah memberi persembahan dalam jumlah yang besar. Sikap hati yang benar lebih penting daripada besarnya persembahan yang diberikan. Sikap hati yang benar akan menuntun kita untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan. Merupakan sikap yang salah bila kita memberi persembahan dengan motivasi agar Tuhan membalas dengan memberi berkat secara berkelimpahan. Tanggalkanlah motivasi semacam itu
Perempuan janda miskin dalam nats ini telah memberi teladan kepada kita dalam hal memberi persembahan kepada Tuhan. Kita dapat memahami hakekat dari memberi persembahan. Apa yang kita percayai akan mempengaruhi apa yang kita lakukan, dan cara kita bertindak akan dipengaruhi oleh apa yang kita imani. Bila kita ingin mengikuti teladan janda ini, kita harus menumbuhkan kerinduan untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan. Kita harus memberi dengan sukacita dan dengan hati yang rela untuk memberi. Kita hanya bisa memberi dengan sukacita bila kita menyadari bahwa Tuhan sudah memberkati hidup kita lebih dahulu, khususnya dengan memberikan hidup yang kekal.


Sermon Parhalado HKBP Ressort Bandung Tengah
Selasa, 22 Maret 2011

st hdi sipahutar

Senin, 08 Juli 2013

Doa Bapa Kami



Doa atau berdoa adalah cara kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan, dalam berdoa kita juga mempercayakan seluruh pergumulan hidup kita kepada Tuhan. Karena itu doa harus dilandasi dengan penyerahan diri kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mengetahui apa yang terbaik buat kita. Selain itu doa juga harus diiringi dengan upaya. Doa juga merupakan bagian utama pemberian syukur yang Allah tuntut dari kita (Maz 50:14-15). Dan Allah hendak melimpahkan rahmatNya serta Roh Kudus hanya kepada mereka yang dengan berkeluh kesah dan dengan tiada henti-hentinya memohon rahmat serta Roh itu dariNya dan mengucap syukur atasnya (Mat 7:7). Inilah alasan mengapa doa perlu bagi orang Kristen.
Doa yang berkenan di hadapan Allah dan yang dikabulkanNya mengandung beberapa hal antara lain: Dalam menaikkan doa, kita dengan segenap hati berseru hanya kepada Allah yang Esa dan sejati(Yoh 4:24), yang telah menyatakan diriNya kepada kita dalam FirmanNya (Mat 4:10b), untuk memohon kepadaNya segala sesuatu yang sesuai dengan perintah-Nya (1 Yoh 5:14).
Kita harus insaf benar akan kekurangan dan kesengsaraan kita (Maz 40:17), supaya kita merendahkan diri di hadapan kemuliaanNya (Maz 2:11).
Kita hendaknya mempunyai dasar yang kuat (Yak 1:6), yaitu bahwa Dia pasti sudi mengabulkan doa kita, walau kita tidak layak, hanya karena Tuhan Yesus Kristus (Yoh 14:13), sesuai dengan janjiNya dalam FirmanNya (Mat 7:8).
Dalam doa, kita memohon segala kebutuhan rohani dan jasmani (Mat 6:33), dan ini disimpulkan Tuhan Yesus Kristus dalam doa yang diajarkanNya sendiri kepada murid-muridNya (saat ini juga kepada kita).
Doa yang diajarkan oleh Yesus Kristus kepada murid-muridnya ini dikenal dengan sebutan: “DOA BAPA KAMI”
Doa Bapa Kami dalam bahasa Yunani disebut ”he kuriaku proseukhe”. Dalam bahasa Latin disebut dengan “Oratio Dominica”. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan sebutan “The Pater Hemon”, “Our Father” atau “Pater Noster”.
Doa Bapa Kami juga dikenal sebagai doa umat percaya (Kristen). Kita dapat menjumpai Doa Bapa Kami dari 2 versi, yaitu dari versi Injil Matius (Mat. 6:9-13), dan versi dari Injil Lukas (Luk. 11:2-4). Kitab Injil Markus dan Injil Yohanes tidak mencatat Doa Bapa Kami. Latar belakang munculnya Doa Bapa Kami merupakan bagian dari percakapan para murid yang mohon kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana mereka harus berdoa (Lukas 11:1). Beberapa kalangan orang Kristen, mengartikan Doa Bapa Kami sebagai suatu pedoman tentang bagaimana mereka harus berdoa. Tetapi ada pula yang mengartikanDoa Bapa Kami sebagai suatu perintah dari Tuhan Yesus agar mereka memakai Doa Bapa Kami secara berulang-ulang sebagai doa rutin. Kesaksian Injil sebenarnya tidak pernah menyebutkan bahwa Tuhan Yesus dan para murid menaikkan Doa Bapa Kami sebagai doa-doa rutin atau doa-doa harian mereka.
Berikut kita bisa melihat 2 versi perihal Doa Bapa Kami menurut Injil Matius dan Injil Lukas, yaitu:
Matius 6:9-13 :
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
Dalam bahasa batak:
Ale Amanami na di banua ginjang
Sai pinarbadia ma goarMu, Sai ro ma harajaonMu,
Sai saut ma lomo ni rohaM di banua tonga on songon na di banua ginjang.
Lehon ma tu hami sadari on hangoluan siapari.
Sesa ma dosanami songon panesanami di dosa ni dongan na mardosa tu hami.
Unang hami togihon tu pangunjunan. Palua ma hami sian pangago.
Ai Ho do nampuna harajaon dohot hagogoon ro di hasangapon saleleng ni lelengna. Amen.
Lukas 11:2-4 :
Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
Perbedaan Doa Bapa Kami menurut Matius dan Lukas adalah:
1. Dalam Injil Lukas, sebutan Allah sebagai Bapa tanpa tambahan kata ganti ”kami”.
2. Setelah kalimat ”datanglah KerajaanMu”, dalam Injil Lukas tidak melanjutkan dengan kalimat ”jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga”.
3. Setelah kalimat ”janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” dalam Injil Lukas tidak terdapat kalimat ”tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”.
4. Kalimat doksologi, yi. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin , tidak terdapat dalam Injil Lukas.
Doksologi berasal dari bahasa Yunani doxa - "pujian" dan logos - "firman" atau "berbicara". Doksologi adalah sebuah himne pendek yang digunakan pada kebaktian, seringkali dinyanyikan pada akhir kebaktian. Tradisi menyanyikan himne pendek ini serupa dengan apa yang dilakukan di sinagoga Yahudi dalam mengakhiri suatu ibadah atau doa. Ungkapan doksologi dalam kitab Matius merupakan tambahan dari jemaat untuk kebutuhan liturgis ibadah jemaat.
Doa Bapa Kami yang digunakan dalam kebaktian / ibadah adalah menurut apa yang tertulis dalam Matius 9 : 9-13.
Batang tubuh Doa Bapa Kami dapat dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:
1. Alamat doa (kata pendahuluan)
o        Bapa kami yang di sorga
2. Seruan dan doa untuk kemuliaan Allah
o        Dikuduskanlah nama-Mu,
o        datanglah Kerajaan-Mu,
o        jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga
3. Doa permohonan untuk keperluan manusia baik jasmani maupun rohani.
o        Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya,
o        dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
o        dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
o        tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat
4. Doksologi / pengucapan syukur (doa penutup)
o        Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin

Melihat dari isi dan batang tubuh “Doa Bapa Kami” ada beberapa pertanyaan yang bisa timbul :
1.       Mengapa kita boleh menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’? (baca: Roma 8: 15,16)
2.       Bagaimana nama Allah dikuduskan? (baca: Mzm 96: 1-9; Mzm 103: 1-2; Mzm 115: 1-3)
3.       Apakah dalam doa ini kita berusaha supaya Allah memberikan kepada kita apa saja yang kita inginkan? (baca: Yoh 14:14; Luk 22: 42)
4.       Apa yang diajarkan kepada kita dengan ‘pada hari ini’ dan ‘yang secukupnya’? (baca Mat 6: 8; 25-34)
5.       Siapakah yang boleh meminta kepada Allah Bapa supaya dosa-dosanya diampuni? Apakah dosa kita akan diampuni karena perbuatan kita dengan mengampuni dosa orang lain? (baca: Ef 1: 5-8; Mat 6: 15; Ef 2:8-10)
6.       Apakah hubungan pengampunan yang kita terima dengan pengampunan yang kita berikan? (baca: Mat 18: 23-35)
7.       Apa arti ‘janganlah membawa kami ke dalam pencobaan’? (baca: Yak 1: 2-4; 12-15; 1 Kor 10-13)
8.       Apa arti kata Amin?(baca: Neh 8: 7)

(St HDI Sipahutar, HKBP Bandung Reformanda)

Parhahamaranggion



Ev : Markus 3 : 31 – 35                                                                              Ep : Matius 25  : 40 – 46
Topik : “Parhahamaranggion ala ni pangoloion tu Tuhan Jesus
Setelah Yesus dibaptis dan mengalami pencobaan di gurun, Yesus memulai pekerjaanNya sesuai dengan misiNya sebagai seorang Juruselamat, antata lain mengajar di rumah ibadat di Kapernaum dan kota-kota lain, menyembuhkan orang sakit, berbicara tentang ajaran keagamaan, menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Apa yang dilakukan Yesus menarik perhatian banyak orang sehingga banyak orang yang mengikutiNya. Dia bekerja dalam kuasa besar, Dia melakukan berbagai tanda dan pekerjaan yang sungguh mengagumkan. Disamping orang banyak yang mendengar ajarannya dan melihat apa yang dilakukanNya terdapat juga disana para ahli Taurat, Orang Farisi dan orang-orang dari pemerintahan saat itu.
Orang Farisi dan ahli taurat tidak senang melihat ketenaran Yesus Kristus, mereka mencari cara untuk menyalahkan Yesus dan bahkan bersekongkol untuk membunuh Dia (Markus 3:6). Pada Markus 3:22 dikatakan, mereka memfitnah Yesus sebagai orang yang kerasukan Beelzebul. Dengan fitnahan ini diharapkan ajaran Yesus akan ditolak orang banyak namun cara itu tidak berhasil, semakin banyak orang yang ingin mendengarkan ajaranNya dan merasakan mujizat yang dilakukan Kristus.
Berbeda dengan Maria ibu Kristus serta keluargaNya, mendengar bahwa para Farisi dan ahli taurat menentang ajaran Yesus, mereka menjadi gelisah dan ingin mengambil Dia karena kata mereka Ia tidak waras lagi (Mark 3:21). Merekapun mendatangi rumah tempat dimana Yesus melakukan pengajaran namun mereka berdiri diluar karena tidak dapat masuk. Mereka menyampaikan pesan kepada Yesus melalui orang lain. Sifat ke-ibuan dari Maria ibu Yesus dan rasa persaudaraan dari keluargaNya mendorong mereka untuk melindungi Yesus dengan mengajaknya pulang agar Dia selamat dari kemarahan orang-orang yang membenci Yesus. Tetapi Yesus menjawab dengan mengatakan:“Siapa ibuKu dan siapa saudara-saudaraKu?” Kesan yang didapat sepertinya Yesus menolak kedatangan mereka, seolah-olah tidak menghargai ibuNya dan keluargaNya. Tentu tidaklah seperti itu karena bagaimanapun juga Maria adalah ibuNya secara duniawi, yang melahirkanNya ke dunia dan ini tidak akan pernah dilupakan. Diceritakan Yesus tetap mengajar dan Dia menggunakan hal itu menjadi bagian dari pengajaran, kataNya kemudian: “Barangsiapa melakukan <4160> kehendak <2307> Allah <2316>, dialah saudara-Ku <80> laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan <79>, dialah ibu-Ku <3384>.” Menjadi tanda tanya bagi kita mengapa Yesus berkata seperti itu. Pernyataan Yesus ini menjadi semacam peringatan untuk Maria ibuNya dan saudara-saudaraNya agar tidak lagi menjadi keluarga secara genetik dengan Yesus tetapi menjadi keluarga / saudara yang baru, didasarkan pada iman percaya pada Tuhan dan kemauan untuk melakukan kehendak Tuhan.
Di dalam diri Kristus, berdiri sebuah keluarga atau persaudaraan yang baru yang tidak didasarkan pada ikatan darah (genetik) tapi disatukan oleh atau di dalam Roh, yaitu iman dan disertai kemauan untuk melakukan perintah Tuhan. Para muridNya telah menemukan hal itu, mereka telah bertemu dengan Yesus, dan percaya. Karena kepercayaan itu mereka telah bersatu dengan Tuhan, dan menjadi terikat dalam satu persaudaraan yang baru yang menerima dan hidup dalam Firman Tuhan sebagai nilai dan sikap hidup. Tentang merekalah Yesus berkata: “dialah saudara-Ku <80> laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan <79>, dialah ibu-Ku <3384>." (bnd. Matius 12:49). Di dalam Kristus ada persekutuan yang baru karena barang siapa yang percaya padaNya akan menjadi anak-anak Allah dan akan disatukan menjadi satu keluarga baru yang hidup dalam persekutuan dengan Allah dan Yesus.
Percaya kepada Kristus adalah langkah awal untuk masuk dalam keluarga Allah. Percaya pada Kristus dapat timbul dari mendengarkan Firman Tuhan, namun kita harus sadari juga bukan karena kekuatan kita tapi karena bantuan Roh Kudus maka kita dapat percaya atau beriman pada Kristus. Iman yang tidak disertai perbuatan adalah iman yang mati. Hal ini mengingatkan kita bahwa memang perlu pergi ke gereja atau persekutuan untuk mendengar firman Tuhan namun itu tidak cukup, haruslah kita juga melaksanakan pesan firman Tuhan itu di dalam keseharian hidup kita. (bnd Matius 25:35-36,40-46)
Melalui nats ini Tuhan Yesus mengajak kita agar mau mendengar dan melakukan firmanNya karena hal ini akan membuat kita beriman dan percaya padaNya. Dengan iman dan percaya itu kita akan dilayakkan dan dimampukan untuk melakukan hal yang baik yang sesuai kehendak Allah Bapa dan dengan demikian kita layak menjadi ‘saudara laki-laki dan saudara perempuan’ dari Kristus. Amin.
(Disampaikan pada sermon parhalado HKBP Bandung Reformanda)

Minggu, 07 Juli 2013

Hidup kekal (Yohanes 3 : 16)



TAWARAN KESELAMATAN
Yohanes 3 : 16 : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”

2 Tes 3 : 16-18
Yehezkiel 37 : 24-28

            Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa maka manusia hidup dalam ketakutan, penuh kekuatiran bahkan menerima upah dosa yaitu maut. Manusia akan binasa karena dosanya. Berbagai usaha dilakukan oleh manusia untuk memenangkan dirinya dari maut, memenangkan dirinya dari kungkungan dosa. Tapi apa daya, seperti orang yang berusaha membersihkan arang, meskipun berulang-ulang dicuci, tidak akan dapat menghilangkan kehitaman arang itu. Demikianlah dengan kita manusia, sifat dosa di dalam kita tidak akan pernah meninggalkan kita, apapun usaha kita sifat dosa itu tetap melekat dalam diri kita. Itu artinya manusia akan menerima kebinasaan karena dosanya.
            Yohanes 3:16 ingin mengatakan bahwa Allah dengan kasihNya datang menawarkan keselamatan manusia dari maut dengan mengaruniakan Yesus Kristus AnakNya yang tunggal. Janji Allah adalah barangsiapa yang percaya kepada Yesus tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Maukah kita menerima tawaran ini demi keselamatan jiwa kita?
            Bila kita perhatikan, ini adalah tawaran keselamatan yang sungguh besar! Suatu tawaran kelepasan dari hukuman yang tidak dapat dibayangkan untuk dosa-dosa yang kita lakukan yang tak terhitung banyaknya! Keselamatan ini diberikan dengan cuma-cuma atau gratis tanpa bayar! Cukup menerimanya dengan hati percaya pada Yesus Kristus, maka manusia akan selamat. Sebuah keselamatan yang membuat kita diberkati untuk selama-lamanya. Bagi orang yang tidak mempedulikan tawaran keselamatan ini akan mengalami hal yang sangat mengerikan, karena bagiannya adalah neraka dan lautan api yang kekal.
            Tetapi barang siapa yang mau menerima keselamatan yang besar ini sekarang, adalah orang-orang yang sungguh diberkati. Dosa-dosa kita akan diampuni. Sifat kita untuk berdosa akan diubahkan. Kita akan menjadi orang-orang yang bernafaskan doa dan hidup di dunia ini, dengan dan di dalam Sang Juruselamat. Kemudian bersama Yesus kita akan menikmati kerajaan surga dalam dunia yang akan datang. Kiranya Allah memberi anugerah supaya kita semua mendapat kebahagiaan yang sangat besar ini. Amin. (HDIS)

Mari kita berdoa: Terima kasih Tuhan untuk janjiMu bagi orang yang percaya pada AnakMu. Anugerahkanlah bagiku keselematan itu ya Tuhan karena aku percaya pada AnakMu yang telah lahir, mati di kayu salib dan bangkit dari orang mati dan naik ke sorga. Amin.

Peganglah apa yang ada padamu (Wahyu 3 : 11)



“PEGANGLAH APA YANG ADA PADAMU”
Wahyu 3 : 11 : “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu.”

Lukas 16 : 10-13
Mazmur 5 : 1-13

            Ayat hari ini adalah bagian dari tulisan Yohanes untuk jemaat di Filadelfia. Tuhan Yesus memuji jemaat Filadelfia karena kesetiaan iman mereka. Jemaat itu dinilai setia menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama Tuhan (ay 8), tekun menantikan Tuhan (ay 10). Walau kekuatan mereka tak seberapa (ay 8), mereka tidak menyerah terhadap gangguan orang Yahudi, mereka tidak menganggap bencana alam sebagai ketidakadilan Allah, seperti sering kita dengar bila orang mengalami kesusahan karena bencana alam.
            “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu”. Orang yang setia dan berpegang teguh serta berpengharapan pada Tuhan akan mendapat mahkota kehidupan dari Tuhan. Namun bukan tidak mungkin dalam perjalanannya akan mendapat pencobaan, kesukaran yang berakibat lepasnya mahkota kehidupan itu. Karenanya setiap orang harus tetap berjuang memegang teguh serta bersungguh dalam iman, kepercayaan dan pengharapan pada Tuhan Yesus. Perjuangan ini harus dijalani sampai akhir walau banyak rintangan. Jangan berhenti atau menyimpang ditengah jalan, harus selesai sampai di akhir tujuan. Dalam menghadapi cobaan ini Tuhan Yesus memberi dorongan, kataNya:  “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu,...”.
            Bagi orang yang setia dan tekun dalam iman kepada Tuhan akan mendapat pertolongan dari Tuhan sendiri, Dia akan membukakan jalan dan tidak seorangpun dapat menghalangi jalan orang percaya meraih mahkota kehidupan yang kekal, Tuhan sendiri yang akan mematahkan usaha / rancangan yang mencoba menghalangi jalan orang percaya, orang yang setia dan tekun akan terhindar dari bahaya, Yesus berada di depan dan menghalau segala tantangan, cobaan dan bahaya.
            Kita akan mengalami pencobaan, penghinaan, karenanya kita diminta untuk peka (dengar-dengaran) terhadap suara Tuhan Yesus dan teguh memegang mahkota kehidupan kita. Pencobaan, penghinaan akan berakhir dan barang siapa yang mampu setia kepada Tuhan Yesus sampai akhir akan mendapat kemenangan dan kesempurnaan mahkota kehidupan. Amin. (HDIS)

Mari kita berdoa: Trimakasih Tuhan Yesus atas ayat hari ini yang mendorong aku untuk setia dan berpegang teguh dalam iman kepadaMu. Tolonglah aku ya Tuhan agar aku mampu berdiri teguh tidak goyah karena berbagai cobaan yang kuhadapi. Bimbinglah aku sampai akhir perjuanganku untuk mendapat mahkota kehidupan yang Kau janjikan padaku. Amin.

Jumat, 05 Juli 2013

Bermurah hatilah pada sesama



Obaja 1 : 12 Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya, dan janganlah bersukacita atas keturunan Yehuda pada hari kebinasaannya; dan janganlah membual pada hari kesusahannya.

Matius 25 : 31-37
2 Raja 1 : 2-6

            Kita pernah mendengar: “tertawa di atas penderitaan orang lain”, dapat diartikan sebagai mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain. Kalimat tersebut dapat diartikan sama dengan ayat bacaan di atas.
            Terlepas dari latar belakang ayat ini, jelas bahwa kita tidak boleh tertawa, bersukacita melihat orang yang berada dalam penderitaan apalagi mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain. Tuhan melarang jemaatNya berkelakuan seperti itu, karena itu bukan sifat Tuhan. Tuhan itu kasih, dan Dia ingin menolong orang dalam kesusahannya.
            Bila kita melihat seseorang yang gagal, kita seharusnya tidak menuding dia dengan kejam atau merasa angkuh atau lebih unggul dari dia. Tapi, kita harus merasa sedih untuk orang itu, berdoa untuk dia dan dengan sungguh-sungguh berusaha menolong dia sedapat mungkin. Kristus tidak pernah bahagia atas kejatuhan siapapun dalam dosa, Dia ingin kalau bisa seorangpun tidak binasa (Yoh 3:16).
            1 Kor 13:4: “..., kasih itu murah hati...”. Murah hati adalah kasih yang bekerja. Orang yang murah hati tidak akan dengan sengaja melukai perasaan orang lain. Orang yang murah hati tidak senang memperberat beban orang lain. Sikap murah hati akan menolong membawa orang kepada Kristus yang kita layani.
            Dalam merespon kegagalan, penderitaan orang lain, kita harus mengambil sikap yang sama dengan Tuhan kita, menolongnya bukan bersukacita. Ingatlah, kita adalah wakil Kristus dan kita harus selalu bersikap seperti Dia, maka orang lain akan melihat Kristus di dalam kita, dan menginginkan kehidupan seperti kita.

Mari kita berdoa: Kami bersyukur padaMu Tuhan, kami diingatkan untuk bermurah hati pada setiap orang terutama pada orang yang ditimpa penderitaan. Biarlah kasihMu ada dalam hati kami sehingga orang lain dapat mengenal Engkau melalui sikap dan perbuatan kami. Amin (HDIS)

Dipanggil untuk memberitakan kabar baik



“DIPANGGIL UNTUK MEMBERITAKAN KABAR BAIK”
1 Petrus 2 : 9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan – perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memangil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.

Roma 14 : 1-4
Yesaya 1 : 1-9

Kehadiran umat manusia di dunia ini adalah atas inisiatif TUHAN dengan maksud tertentu. Istilah yang tepat untuk ini adalah eklesia (bhs Yunani), maksudnya: ek berarti keluar dan kaleo berarti dipanggil. Umat TUHAN yang kemudian dikenal sebagai Kristen (pengikut Kristus) dipanggil untuk masuk ke dalam dunia, tetapi tidak berkompromi dengan dosa dunia, mereka dipanggil, dikumpulkan, dikuduskan dan ditetapkan TUHAN melalui Roh Kudus.
“…………,supaya kamu memberitakan perbuatan – perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.”
TUHAN memanggil setiap orang Kristen menjadi saksi untuk menyatakan apa yang telah “dilihat dan didengar” tentang perbuatan – perbuatan besar dari Kristus.
            Bersaksi adalah suatu sikap hidup – setiap saat kita harus bisa dan siap menjadi saksi bagi Kristus. Kita bersaksi melalui kehidupan kita sendiri. Perbuatan sering lebih nyata daripada kata-kata. Tetapi perbuatan-perbuatan saja tidak cukup untuk menyampaikan Injil Kritus kepada orang lain. Kita perlu bersaksi juga melalui kata-kata – untuk memperkenalkan pribadi Yesus Kristus secara terang-terangan dan bicara kepada orang lain mengenai bagaimana manusia dapat diperdamaikan dengan TUHAN.
Satu-satunya cara yang sangat berhasil untuk menyatakan kesaksian anda kepada orang lain adalah menceritakan bagaimana Kristus telah berbuat dan bekerja dalam hidup anda.     Marilah dengan sukacita menerima ajakan Kristus menjadi saksiNya.

Mari kita berdoa: Terimakasih ya Tuhan Allah kami atas kehadiran Yesus Kristus dalam kehidupan kami. Kami bersyukur karena Engkau mau memilih kami sebagai umat pilihanMu. Berikan kami kekuatan Roh Kudus agar kami mampu melakukan kehendakMu ya Tuhan untuk memberitakan perbuatan ajaib Tuhan kepada sekeliling kami. Amin.