Jumat, 13 September 2013

PASKAH BAGI KITA



Hari Raya Paskah pada perjanjian lama merupakan hari peringatan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Saat itu anak-anak sulung bangsa Mesir dibunuh, namun pintu-pintu rumah orang Ibrani dilewati (dilewati atau melewati dalam bahasa Ibrani adalah “ Pésah “). Peristiwa itu diperingati dengan makan “korban Paskah”. Dalam perjanjian baru “korban Paskah” adalah Yesus Kristus sendiri yang disebut juga dengan “Anak Domba yang disembelih”. Dalam perkembangannya Hari Raya Paskah mendapat nuansa baru yaitu perayaan kebangkitan Yesus Kristus.
Satu tahun sekali orang Kristen berkumpul di gereja atau di tempat-tempat kebaktian untuk mengenangkan hari kematian dan merayakan kebangkitan Yesus Kristus yang dikenal sebagai Hari Raya Paskah. Saat-saat seperti inilah merupakan kesempatan untuk merenungkan kembali mengapa Yesus harus mati di kayu salib, apa pesan paskah, apakah artinya bagi kita. Pada setiap kebaktian akan terdengar paduan suara mendendangkan lagu-lagu pujian yang berkaitan dengan paskah antara lain “Kristus Bangkit! Soraklah” atau “Di makam yang gelap”. Ada gereja atau sekolah minggu yang mementaskan drama/fragmen khusus untuk mengenang peristiwa kematian Kristus dan kebangkitanNya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah arti paskah yang sebenarnya bagi kita umat kristen ? Apakah cukup dengan datang ke tempat kebaktian mendengarkan khotbah, bernyanyi atau mementaskan sebuah drama? Kalau hanya itu saja, kita telah tertipu oleh sebuah tradisi kekristenan dan bisa jadi kita lupa akan arti sesungguhnya pengorbanan darah Yesus Kristus yang suci itu. Kekristenan kita akan lapuk dan iman kita akan hilang kalau kita berlaku demikian.
Arti paskah dapat dilihat setidaknya ada 3 (tiga) hal penting bagi kita / manusia yaitu :
I. “Kematian Kristus itu telah membenarkan dan menyelamatkan kita”
Kita telah dibenarkan karena darahNya. Arti kata “dibenarkan” dalam alkitab adalah : dibebaskan dari tuduhan, dinyatakan tidak bersalah menurut pandangan Allah sendiri.
Kita telah dilepaskan / diselamatkan dari hukuman yang kekal. Kita telah bebas seperti halnya Barabas, yang sudah rusak akhlaknya, telah bebas dari hukuman mati. Penjahat itu telah menjadi contoh yang khas bagi manusia, memberontak, tak ber-tuhan, tak berbelas kasihan. Tetapi, karena kematian Kristus ia telah diselamatkan.
II. “Kematian Kristus itu telah menyucikan hati nurani dan batin kita”
Mari kita renungkan apa yang dikatakan dalam alkitab : “Darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”. (Ibrani 9:14)
Setiap orang mempunyai hati nurani. Hati nurani ini selalu mengadili segala pikiran, perkataan dan tingkah laku seseorang. Suara hati itu bekerja perlahan-lahan. Kadang-kadang ia mengatakan kesalahan seseorang, tetapi sebaliknya, membenarkan juga akan perbuatan seseorang.
Hati nurani itu mungkin peka, kasar atau tidak sempurna pertumbuhannya. Hal ini tergantung bagaimana kita menerapkannya.
Batin manusia itu telah dikotori oleh dosa. Manusia telah lumpuh, tak berdaya, karena hati nuraninya telah dinodai oleh dosa. Untunglah, darah Kristus telah menyucikan kita dari amal dan perbuatan yang mati, supaya kita dapat melayani Allah yang hidup. Si tunasusila telah berubah menjadi ibu yang baik dan sederhana, si anak nakal telah menjadi pelayan Kristus yang baik. Inilah arti Paskah yang sebenarnya yaitu mengubah manusia yang kotor karena dosa menjadi manusia suci dihadapan Tuhan.
III. “Kematian Kristus telah menebus kita”
Tidak ada arti yang lebih indah dalam peringatan Paskah, kecuali : kita ditebus oleh darah Kristus. Rasus Petrus mengatakan bahwa kita ditebus “...bukan dengan barang yang fana, ... melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus” (1 Pet 1 : 18 – 19)
Bukan hanya Adam tetapi semua manusia telah terkena perangkap Iblis. Manusia harus diambil dari perangkap itu dengan ditebus atau dibeli kembali. Hanya dengan jalan inilah manusia dapat berkomunikasi lagi dengan Allah.
Akhirnya di atas kayu salib di Golgota itu telah terjadi suatu penebusan atau pembayaran yang tidak ternilai harganya, yang jauh lebih mahal dari nilai kita yang sesungguhnya. Hal ini dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus karena kasihNya kepada umat kesayanganNya. Kita ditebus, dibayar kembali, dosa kita dihapuskan, kedudukan kita dipulihkan, bukan dengan barang-barang fana seperti emas, perak yang dapat sirna, tetapi dengan darah Kristus yang kekal dan mulia.
Inilah arti Paskah bagi kita, marilah kita menghargai apa yang sudah dilakukan Yesus Kristus di Golgota, dengan percaya padaNya, mengasihiNya, melakukan apa yang diperintahkanNya dengan segenap hati, jiwa dan segenap akal budi kita. Amin

St HDI Sipahutar
(Anggota Jemaat HKBP Bandung Reformanda)

Senin, 02 September 2013

Mereka Akan Menjadi Satu



Pernikahan merupakan institusi ilahi yang didirikan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia. Tapi kita merasa itu merupakan fenomena yang paling membingungkan! Disatu sisi ada banyak orang yang tidak sabar masuk kedalamnya, sementara ada orang dengan jumlah yang sama ingin keluar dari situ! Ada apa sebenarnya? Satu-satunya cara untuk mengetahui adalah memulai dari awal, dengan kisah penciptaan dipasal pertama kitab Kejadian.
Saat kita membaca cerita ini, kita mempelajari bahwa setiap hal yang Tuhan buat adalah baik. Tuhan 7 kali melihat bahwa apa yang diciptakan merupakan hal yang sangat baik.1 Tapi kita kemudian membaca, “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik,…” Apa yang tidak baik? “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja!”2 Bukankah Adam tidak benar-benar sendirian? Dia memiliki semua binatang, beberapa dari mereka dikenal sebagai teman terbaik manusia! Tapi semua binatang itu hanyalah mahluk hidup, sedangkan Adam memiliki nafas kehidupan.3 Dia pasti tidak memiliki satu jiwa dengan mereka. Tuhan mengetahui kalau Adam sendiri dan dia membutuhkan teman.4
Kesepian merupakan hal yang tidak enak; rasanya kosong, tidak lengkap, kurang persekutuan, kurang hubungan pribadi. Kesepian adalah kekurangan kesempatan membagikan diri anda dengan seseorang yang mengerti—seseorang yang bisa menikmati hubungan bersama anda dan bisa anda percaya. Itulah kondisi Adam saat Tuhan pertama kali menciptakannya. Walau hal pertama dan yang terpenting bagi Adam adalah Tuhan, tapi Tuhan berkata kalau dia membutuhkan pasangan.
Apakah ini berarti manusia tanpa istri kurang lengkap? Ya, kecuali dia diberikan karunia untuk membujang! Alkitab mengajarkan bahwa membujang merupakan karunia istimewa dari Tuhan dimana status single mengijinkan dia lebih efektif dalam pelayanan Yesus Kristus.5
Secara umum, tidak baik bagi pria untuk sendiri. “Aku akan membuat baginya seorang penolong” kata Tuhan. Kata penolong datang dari 2 kata Ibrani yang berarti “suatu pertolongan” dan “setujuan dengan dia” Wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sesuai dengan pria, sepadan dengannya secara rohani, mental, emosi, dan fisik. Wanita merupakan pelengkap, menyediakan apa yang tidak dimiliki pria dan memenuhi potensi pria.
Jadi Tuhan melakukan anesthetic dan bedah pertama. Dia mengambil tulang rusuk dari pria dan dari situ dia menciptakan wanita.6 Walau dia menciptakan pria dari debu, dia membuat wanita dari pria. Wanita bagian dari pria. Jadi, wanita punya bagian pria, dan pria tidak lengkap sampai dia mendapatkan bagiannya kembali dalam pribadi seorang istri. Perhatikan bagian apa yang Tuhan gunakan—tulang rusuk. Agustinus menulis, “Jika Tuhan bermaksud membuat wanita berkuasa atas pria, Dia akan membuat wanita dari kepala Adam. Jika Tuhan bermaksud menjadikannya budak, Dia akan membuatnya dari kaki Adam. Tapi Tuhan membuat wanita dari sisi pria, karena dia ingin wanita jadi penolong dan sepadan dengan pria.” Istri adalah partner pria—bukan properti!
Mungkin terlihat merendahkan kalau wanita dibuat untuk menjadi penolong pria, tapi perannya sebenarnya memuliakan dia, karena pria tidak lengkap tanpanya! Setiap pihak saling membutuhkan. Itu merupakan hari bahagia saat Tuhan memberikan pasangan pertama. Pria langsung mengenali istrinya sebagai bagian dari dia, dan dia memberikan wanita bentuk feminism dari namanya, woman.7
Kalimat berikut dalam cerita ini diucapkan oleh Tuhan sendiri, dan Kristus menyatakannya sekali lagi kemudian. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”8 Sejak saat itu, institusi ilahi, perkawinan dibangun. Apakah anda memperhatikan kata-kata ibu dan bapak? Sangat menarik bahwa Tuhan membedakan dipermulaan umat manusia. Mertua, yang berlanjut menjadi sumber perselisihan pernikahan yang terbesar, hal ini bisa diatasi jika suami dan istri meninggalkan ibu dan bapaknya, seperti perintah Tuhan, dan memenuhi tanggung jawab utama pada pasangan mereka dalam pernikahan.
Kata bersatu menunjukan nature ikatan pernikahan yang Tuhan inginkan. Pemikirannya adalah sang pria menempelkan dirinya kepada istri. Saat dua objek dilem jadi satu mereka jadi satu objek. Saat dua orang dilem bersama mereka juga menjadi satu. Tuhan berkata, “dan mereka akan menjadi satu daging.” Walau kata satu daging menunjuk pada persatuan seks, artinya lebih dari itu. Saat Tuhan membuat pria dan wanita bersama, Dia menyatukan mereka dalam ikatan yang unik dan mendasar secara biologis dan rohani yang mencapai jiwa mereka yang paling dalam.
Pernikahan seharusnya lebih dari sekedar menandatangani surat dan dua orang tinggal diatap yang sama atau berbagi ranjang yang sama. Itu seharusnya suatu ikatan 2 kepribadian sehingga menjadi satu kesatuan. Itu membutuhkan komitmen total dari keduanya, kombinasi yang baik dari 2 pikiran menjadi sepikir, pernyataan bersama dari 2 emosi yang diberikan Tuhan. Tujuannya adalah kesatuan sempurna, keintiman total, dan saling berbagi perasaan terdalam masing-masing pasangan.
Ini jauh dari pengertian umum bahwa pernikahan hanya menyediakan seks yang sah bagi 2 orang yang secara fisik saling tertarik. Tuhan menciptakan seks, tapi dia ingin itu menjadi suatu ekspresi yang indah dari kesatuan hati dan jiwa yang sudah ada. Jika kesatuan tidak ada, tindakan fisik tidak berarti, egois, dan eksploitasi.
Apa yang kita pelajari dari Alkitab, adalah pernikahan diberikan Tuhan sebagai penyatuan suci dimana satu pria dan satu wanita dibawa bersama untuk saling melengkapi dan memenuhi. Pengertian tentang hal ini akan melindungi pasangan dari banyak masalah penikahan. Suami dan istri yang menyadari bahwa Tuhan telah menyatukan mereka tidak akan berbuat bodoh dengan saling menyakiti. Setiap pasangan ingat untuk menyatakan kasih yang tulus dan saling pengertian, karena pasangannya merupakan bagian dari dirinya.
Ada aplikasi lain dari bagian ini, aplikasi yang dibuat oleh Kristus sendiri. Saat Tuhan menyatukan pria dan wanita dalam kehendakNya, Dia ingin hubungan itu permanent. “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”9 Banyak orang beranggapan bahwa jika suatu pernikahan sudah tidak berjalan mereka bisa menghentikannya. Mereka bertanya kenapa 2 orang mau memberikan usaha dan pengorbanan untuk pernihakan yang berhasil saat pernikahan itu sendiri bisa dengan mudah disudahi. Konsep yang sesat ini bisa sangat menghalangi pernikahan yang berhasil.
Saat orang Farisi bertanya pada Kristus tentang perceraian dalam hukum Musa, Dia mengatakan kepada mereka kenapa itu diberikan pada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian!”10 Saat Tuhan menyatukan 2 orang Dia ingin mereka terus bersama! Jika kita bisa melihat pernikahan dalam kesatuan yang Tuhan inginkan, perceraian akan terlihat seperti memotong tangan atau kaki. Anda tidak ingin memotong tangan anda bila ada pecahan batu dijari anda; anda pasti mencoba mengeluarkannya. Juga anda tidak akan mempertimbangkan mengeluarkan suami atau istri anda karena anda tidak bisa menyesuaikan diri dengan karakter yang ada dalam diri mereka. Doa kami adalah pelajaran ini akan menolong anda bisa mengeluarkan pecahan batu dari pernikahan anda.
Ada perbedaan pendapat diantara sarjana Alkitab tentang apakah Kristus mengijinkan perceraian atau pernikahan kembali. Dia berkata bahwa perceraian dan pernikahan kembali merupakan perzinahan kecuali dalam kasus perzinahan.11 Beberapa menafsirkan perkataan “kecuali terjadi perzinahan” sebagai dasar yang benar untuk perceraian dan pernikahan kembali. Orang lain menyatakan bahwa kalimat pengecualian itu tidak berlaku pada hubungan pernikahan sekarang, maka itu sebenarnya tidak ada dasar Alkitab sama sekali untuk perceraian dan pernikahan kembali. Tapi dengan cara apapun mereka menafsirkan kalimat pengecualian itu, sebagian besar sarjana setuju tentang tujuan utama perkataan Kristus—bahwa Tuhan ingin pernikahan itu permanent. Dia berharap kita mencari jalan untuk menyembuhkan pernikahan kita daripada mencari alasan untuk menghilangkannya.
Ada juga perbedaan pendapat tentang pengajaran Paulus tentang perceraian dan pernikahan kembali. Dia berkata, “Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai.”12 Beberapa orang berpikir ini membebaskan orang percaya untuk menikah kembali jika pasangannya yang tidak percaya ingin bercerai. Orang lain tidak setuju. Tapi apapun cara mereka menafsirkan perkataan itu, sebagian besar yang mempelajari Alkitab setuju bahwa aturan umum pernikahan Paulus dibangun diawal diskusi—“seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya… seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.”13
Ini merupakan pembahasan yang kontroversial, dan tidak akan mencapai kebulatan suara sampai disorga nanti. Untuk alasan ini kita harus hati-hati dan memberikan kasih Kristus pada korban perceraian. Tapi maksud utama dari pengajaran Alkitab ini jelas; kita jangan mengabaikannya. Perceraian tidak diperkenankan sebagai cara mudah bagi pasangan yang tidak bisa menyelesaikan masalah pernikahannya. Jalan menuju kebahagiaan dalam perkawinan tidak dengan membuang yang lama dan mencari yang baru, tapi menjadi pasangan yang baru melalui kasih karunia dan kuasa Tuhan.
“Rumput selalu lebih hijau dihalaman sebelah” juga berlaku dalam perkawinan dan wilayah hidup yang lain. Seseorang yang mencoba pergi kesebelah juga menemukah hal yang tidak menyenangkan yang menghasilkan konflik dan ketegangan dalam penikahan mereka yang pertama dan sekarang menghasilkan hal yang sama dalam pernikahan mereka yang kedua! Mereka mungkin telah mendapatkan pasangan baru, tapi mereka sendiri tetap egois, tidak dewasa seperti dulu.
Saya tidak pernah melupakan suara putus asa dari Duane saat dia duduk diseberang meja dan menggambarkan kekacauan luar biasa dalam pernikahan keduanya. Walau dia seorang Kristen, lima tahun lalu menceraikan Nan dan menikahi wanita lain, dan membenarkan diri dengan cara apapun. Itu suatu kesalahan besar ! Sekarang pernikahan keduanya juga kacau, dan dia menginginkan kebahagiaan yang dulu didapat dengan istri pertamanya. Dia ingin menikahi kembali istri pertamanya.
Tapi Duane perlu mengalami beberapa perubahan dasar dalam prilakunya sebelum bisa berhasil menikmati hubungan pernikahan yang sukses. Karena banyak dari kita seperti Duane, kita perlu mempertimbangkan perubahan penting yang akan kita bahas dalam beberapa bab berikutnya.
 dari berbagai sumber, St HDI Sipahutar

Kamis, 22 Agustus 2013

BERKAT-BERKAT ROHANI (Efesus 1 : 3 – 14)



Dalam teks bahasa Yunani seluruh ayat 3 – 14 ini merupakan kalimat panjang, karena merupakan sajak yaitu luapan hati yang mencetuskan pujian atas begitu besar dan ragamnya berkat-berkat rohani (bhs batak: pasupasu partondion). Disebut berkat-berkat rohani, untuk membedakannya dari pemberian yang lain dari Allah. Kekayaan, jabatan, kesembuhan, kesehatan, panjang umur, pengetahuan, misalnya dapat diberi Allah kepada orang yang tidak percaya; dan orang percaya patut mensyukurinya. Bahkan matahari diterbitkan dan hujan diturunkanNya kepada orang jahat dan orang yang tidak benar (Matius 5:45). Tetapi berkat-berkat rohani yang disebut dalam ayat-ayat ini ada hanya pada orang percaya dalam Kristus. Berkat rohani itu disebut “di dalam sorga”, untuk mengatakan bahwa ragam berkat ini semata-mata hanya karunia dari sorga, tidak ada yang berasal dari dunia, tidak ada sedikitpun usaha dari manusia untuk memperolehnya dan tidak ada sesuatu keunggulan dari seseorang sehingga ia menerima berkat rohani.
Adapun berkat-berkat rohani itu adalah :
  1. Allah telah memilih kita supaya kudus
  2. Allah telah menentukan kita dari semula menjadi anak-anakNya
Menjadi Kristen bukanlah pilihan dari setiap orang, tetapi karena Allah yang memilih orang. Malah, sebelum lahir, Allah telah menentukannya. Dengan sudah adanya lebih dahulu penentuan Allah, itu bukanlah nasib sudah menjadi Kristen. Yang ditentukan Allah bahkan sebelum dunia diciptakan ialah Yesus Kristus. Dan barang siapa yang percaya kepada Yesus Kristus, menjadi inklusif dalam ketentuan itu.

  1. Beroleh p;enebusan yaitu pengampunan dosa
Marilah kita buat perbandingan dalam perenungan kita: Hati orang percaya meluapkan pujian karena dia menerima pengampunan dosa. Dan dipihak lain ada orang yang demikian bersyukur karena memperoleh apa yang disebut dalam ilmu sosial: keberhasilan memperoleh symbol-simbol, yaitu kaya, sehat, panjang umur, berjabatan, dlsb. Malahan ada yang memperolehnya tanpa memperhatikan cara dan tidak memperdulikan orang lain. Di satu pihak ada yang bersyukur karena dosanya diampuni dan di pihak lain bersyukur karena berhasil menggunakan dosa.

  1. Menyatakan rahasia kehendakNya dan rencanaNya yaitu menyatukan di dalam Kristus segala sesuatu
Allah dipuji karena dalam menempuh zaman ini orang percaya sudah boleh ikut dalam rencana mau ke mana arah dari segala sesuatu. Orang percaya tidak lagi melawan arus, karena manusia tidak kuasa melawan rencana Allah.

  1. Hidup dalam pengharapan akan menerima yang dijanjikan
Jenis yang dipujikan ini sungguh sangat berbeda dari syukur karena sudah memperoleh dalam hidup masa sekarang.

  1. Mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatan
Kebenaran itu bermacam, ada kebenaran hukum, ilmiah, logika dan moral. Terutama dalam kitab para nabi, kebenaran tidak terpisah dari keadilan, perdamaian dan damai sejahtera, artinya, jika tidak membuahkan keadilan dan perdamaian, itu bukan kebenaran. Firman kebenaran, berhubungan dengan keselamatan, artinya jika tidak menuju keselamatan, itu bukan kebenaran. Orang disebut bijaksana, jika pada akhirnya ia ikut masuk dalam pesta perkawinan mempelai (Mat 25). Ada orang yang memperoleh banyak tetapi tidak selamat.

  1. Menerima jaminan yang dimeteraikan dengan Roh Kudus sampai memperoleh seluruhnya, yaitu menjadi milik Allah.
Sangat perlu kita perhatikan bahwa Roh Kudus bukan hanya memberi berbagai karunia, tetapi juga adalah jaminan (tanda jadi dalam lingkungan perdagangan). Orang yang telah menerima Roh Kudus telah memegang jaminan sebelum sampai memperoleh seluruhnya. Yang dimaksud seluruhnya ialah harta kekayaan Allah, yang memperolehnya ialah orang yang menjadi milik Allah.

RENUNGAN:
Zaman kita sekarang ini disebut semacam zaman materialistis, instant, atau dengan istilah lain. Adakah pengaruh zaman ini sehingga mempengaruhi dan semakin merubah pokok pujian dan ucapan syukur? Dengan memperhatikan pokok-pokok pujian yang disebut dalam nats ini, apakah pokok-pokok ini juga yang menjadi pokok utama syukur orang Kristen kepada Tuhan pada masa kini? Juga dalam kalimat-kalimat doa?

Kebaktian doa sektor Antapani, Arcamanik, Patrakomala
HKBP Bandung Reformanda.

Selasa, 20 Agustus 2013

“Hukum yang utama : KASIH”



Nats : Markus 12 : 29 - 31
Nats yang kita baca merupakan jawaban Yesus atas pertanyaan seorang ahli Taurat tentang “Hukum manakah yang paling utama”. Hukum utama itu berisi : Kasih kepada Tuhan Allah dan kasih kepada sesama manusia dan bila dibandingkan dengan kitab yang lain, hukum utama yang dikatakan Yesus itu merupakan rangkuman dari sepuluh hukum taurat. Mengasihi atau kasih merupakan tekanan penting dalam hubungan (relationship) manusia dengan Tuhan Allah dan dengan sesama manusia.
Apa itu kasih, dapat dilihat dalam 1Korintus 13:4-5, a.l. kasih itu sabar, murah hati, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Alkitab meminta kita untuk mengejar kasih (1 Kor 14:1), artinya kasih menjadi prioritas / tujuan utama. Bagaimana pentingnya kasih itu, dapat dilihat dalam 1Korintus 13:2-3, secara umum mengatakan apapun yang kita kerjakan misalnya kebaikan, pengorbanan, tidak akan berguna bila tanpa kasih.
        Kasih menjadi dasar kita dalam berbuat, berhubungan dengan orang lain. Kasih bukanlah apa yang kita pikirkan atau kerjakan atau berikan kepada orang lain, melainkan seberapa banyak kita memberikan diri kita sendiri. Pemberian karena kasih yang paling diinginkan bukanlah benda / fasilitas, melainkan perhatian yang segenap hati / terpusat. Kasih yang sungguh-sungguh akan begitu terpusat pada orang lain, sehingga kita melupakan diri kita pada saat kita memberi kasih. Kapanpun kita memberikan kasih seperti perhatian / waktu itu artinya kita sedang melakukan suatu pengorbanan, dan pengorbanan adalah inti dari kasih. Yesus sudah memberikan teladan tentang kasih melalui pengorbanan diriNya, seperti pada peristiwa Golgota, Ia disalibkan demi penebusan kita / manusia karena dosa yang bukan dilakukanNya.
        Kasih berarti memberi / berkorban, yaitu menyerahkan kesenangan, kenyamanan, tujuan, rasa aman, uang, tenaga atau waktu kita demi kebaikan orang lain.
        Dalam 2 Yohanes 1:6 ditulis : “Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintahNya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya”.

Kebaktian Doa Sie Bapak HKBP Bandung Reformanda

 St. HDI  Sipahutar

Sabtu, 03 Agustus 2013

BERHATI-HATILAH SUPAYA ENGKAU JANGAN MELUPAKAN TUHAN



Melupakan seseorang yang telah berbuat baik terhadap kita adalah sesuatu sikap yang amat dibenci. Terhadap sikap ini sederet kata-kata akan disampaikan, semisal: Tidak tahu diri, lupa kacang akan kulitnya, tidak tahu diuntung, tidak tahu berterimakasih, habis manis sepah dibuang, dll. kontras dengan sikap ini, seseorang yang tahu bersyukur atau berterimakasih adalah orang yang tidak pernah melupakan orang yang telah menolong dan berbuat baik kepadanya, serta berupaya melakukan yang baik sebagai balasan atas kebaikan yang diterimanya, dan bukan hanya kepada yang telah melakukan kebaikan kepada kita, tetapi juga kepada semua orang. Inilah sikap yang terpuji. Demikianlah juga dalam nas ini, Musa mengingatkan umat Israel untuk tidak melupakan apa yang telah diperbuat Tuhan kepada mereka. Musa menetapkan peraturan yang akan dilaksanakan umat Israel seumur hidup setelah memasuki tanah Perjanjian, untuk takut akan Tuhan dan beribadah hanya kepadaNya saja: ”Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan…” (Ulangan 6:1). Takut akan Tuhan, dan beribadah kepadaNya saja sebagai wujud kasih kepada TUHAN dan respon iman dari orang-orang yang menerima belas kasihNya, yang harus mereka praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penjelasan.
Untuk itulah satu kalimat yang amat tegas dinyatakan oleh Musa dalam nas ini yang berlaku tidak hanya kepada umat Israel dalam zamannya, tapi juga bagi setiap orang percaya hingga kini dan sepanjang masa adalah: “Berhati-hatilah Supaya Engkau Jangan Melupakan TUHAN…!”, sebab:
Perintah Kasih akan TUHAN adalah ketetapan dan peraturanNya!
Nasihat untuk sekali-kali tidak melupakan Tuhan dengan takut dan beribadah kepadaNya adalah sesuatu yang Tuhan perintahkan kepada umatNya. Itu artinya bahwa takut akan Tuhan adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan, alasan pertama dan terutama untuk itu adalah bahwa perintah itu merupakan peraturan dan ketetapan Tuhan. Sebab hidup keberagamaan berarti penaklukan diri atas kekuatan Ilahi atau keberadaan yang terutama (The Ultimate Being) yang kita akui, imani, yang mutlak lebih tinggi dan berkuasa atas diri kita. Sehingga kerelaan hati untuk menaklukkan diri kepada perintahNya merupakan respon keberagamaan dan beriman yang benar. Perintah itulah yang disampaikan oleh Musa kepada umat Israel untuk dilaksanakan secara turun temurun dan untuk selamanya. Respon ketaatan dan kesetian untuk menjalankan perintah ini akan diganjar dengan berkat: ”…Supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki.” (Ulangan 5:33). Sebaliknya, ketidaktaatan atas perintah ini akan mendatangkan kutuk: ”…supaya jangan bangkit murka TUHAN, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi” (Ulangan 6:15).
TUHAN itu Baik!
“Berhati-hatilah supaya engkau jangan melupakan Tuhan!” sebab Tuhan itu baik dan mengasihi umatnya. Kasih Tuhan akan umat Israel sudah diperlihatkan lewat sejarah perjalanan umat Israel keluar dari Mesir. Tangan Tuhan yang kuat telah menuntun serta menyertai mereka keluar dari tangan musuh-musuhnya, memelihara hidup mereka selama dalam perjalanan panjang yang penuh dengan mara bahaya, dan hingga akhirnya membawa mereka ke tanah Perjanjian dan memberikan kepada mereka kota-kota yang besar, rumah-rumah yang berisi barang baik, sumur-sumur yang tidak digali oleh tangan mereka, kebun anggur dan Zaitun yang tidak ditanami oleh tangan mereka. Tidak terukur kasih Tuhan atas umatNya, sehingga sudah sepantasnya mereka bersyukur dan tidak melupakan Tuhan dalam hidupNya. Berhati-hati untuk tidak melupakan Tuhan juga adalah perintah yang patut untuk kita amalkan hingga kini sebab sesungguhnya Tuhan itu baik, yang senantiasa memberi nafas hidup, melindungi dan memelihara hidup orang percaya. Segala yang kita miliki adalah anugerah Tuhan semata, kita percaya Tuhan adalah sumber segala karunia yang baik untuk hidup ini, tangan Tuhan senantia bersedia melindungi dan menuntun hidup kita melewati segala rintangan hidup. Dia tempat perlindungan bagi orang yang lemah, penghiburan bagi orang yang berduka, harapan bagi mereka yang hidup dalam keputusasaan dan ketidakpastian.
TUHAN Allah pencemburu!
Beribadah hanya kepada TUHAN Allah saja merupakan perintah untuk tidak menghianati Tuhan dengan segala kebaikannya dengan tidak menyembah berhala atau menyembah allah bangsa-bangsa lain disekeliling umat Israel di tanah Perjanjian. Perintah ini mengingatkan umat Israael untuk tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan tetap untuk senantiasa mengarahkan hidup untuk beribadah hanya kepada TUHAN Allah saja. Sebab Allah itu adalah yang pencemburu yang marah atau murka terhadap penghianatan atau kemurtadan. Tuhan Allah adalah Allah yang cemburu yang berarti meminta ketaatan dan kesetiaan penuh dari umatNya. Inilah juga yang amat perlu untuk diamalkan dalam hidup umat percaya saat ini. Kasih Tuhan itu sungguh besar atas umatNya, Tuhan itu sungguh menghargai dan menjungjung tinggi umatNya sebagai kekasih hatiNya, Dia bahkan rela mati untuk umatNya dalam diri Yesus Kristus, tetapi penghargaan, kerelaaan, kesetiaan yang sama juga dituntut atas umat yang dikasihiNya.
Renungan.
Kasih Allah begitu besar atas hidup orang percaya, kasih yang sama juga dituntut dari kita orang-orang percaya sebagai jawaban iman kita atas kasihnya. Marilah kita mengasihi Tuhan dengan setia, sebab Dia telah terlebih dahulu mengasihi kita. Amin.

(St. HDI Sipahutar, HKBP Bandung Reformanda)

Jumat, 02 Agustus 2013

Siapakah sesamaku manusia (Lukas 10 : 25 – 37)



Ahli Taurat yang mencobai Yesus jelas memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai Firman Tuhan dan terutama hukum yang mencakup kewajiban dan hak manusia berdasarkan agama. Hal itu sangat nyata manakala Yesus kembali melontarkan pertanyaan mengenai hukum Taurat dengan spontan ahli Taurat itu menjawab mengenai hukum yang utama : “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”(ay 27)

Rupanya ahli Taurat yang sangat handar dan mengandalkan pengetahuan mengenai hukum-hukum agama sangat tertohok dan mulai mencari jalan untuk menutupi kemunafikannya dan masih ingin mencobai Yesus, dengan mengajukan pertanyaan mengenai: “Siapakah sesamaku manusia?” Namun, pertanyaan ahli Taurat itu sekaligus dapat juga ditangkap sebagai pencerminan dari keberadaan dari ahli-ahli Taurat yang sangat tahu tetapi sekaligus juga sangat tidak memiliki kepedulian. Mereka menguasai hukum-hukum, tetapi sangat jauh dari jiwa keadilan dan solidaritas kemanusiaan. Mereka inilah yang disebut penganut agama formalistis tetapi kosong dalam substansi: Mengetahui luar dan dalam hukum-hukum, tetapi menjauhi nurani hukum itu sendiri.

Dalam situasi itulah Yesus menyodorkan cerita yang bisa saja pernah terjadi tetapi bisa juga sebagai cerita perumpamaan yang sangat mengena, terutama terhadap kemunafikan para ahli Taurat, Imam dan Lewi. Perlu diketahui bahwa dalam batin orang Yahudi, orang-orang Samaria adalah manusia yang tidak sederajat, yang tidak bisa disetarakan dengan kaum Yahudi. Orang-orang Samaria itu bagaikan budak-budak (bhs batak : Hatoban) yang tidak memiliki kehormatan, masyarakat kelas empat yang kehadirannya bukan saja dianggap tidak perlu, tetapi mengganggu keanggunan orang-orang Yahudi yang terhormat.

Di dalam dan melalui cerita itu, Yesus jelas-jelas menunjuk pada manusia sejati dan sesungguhnya, yang memperlihatkan kemanusiaannya pada saat yang tepat dan situasi yang membutuhkan. Imam yang lewat di jalan itu, bisa saja memberla diri bahwa ia sedang melaksanakan panggilannya, sehingga tidak sempat dan buru-buru: ada urusan yang lebih penting dari sekadar membantu orang yang terkapar itu. Demikian juga dengan orang Lewi dan memang keduanya menghindar dengan lewat dari seberang jalan (menentang arus lalulintas). Bisa saja dalam benak mereka akan ada orang lain yang lebih layak menolong. Mungkin sangat banyak alasan atau dalil yang dapat disusun untuk membenarkan tindakan imam dan Lewi itu untuk menghindar dan bahkan melewatinya melalui seberang jalan.

Orang Samaria yang dalam pandangan orang Yahudi adalah manusia hina dina datang, melihat dan langsung melakukan pertolongan. Tidak hanya sekedar menolong, tetapi mencurahkan kasihnya kepada korban perampokan itu. Kepada pembaca tidak dijelaskan siapa dan dari mana asal-usul korban. Jadi, Imam, Lewi dan orang Samaria itu tidak mengetahui siapa dan berasal dari mana korban itu. Kita dan ketiga orang itu hanya tahu, bahwa korban itu adalah manusia yang terkapar, tidak berdaya dan sangat membutuhkan pertolongan. Saat itu, nyawanya hanya tergantung pada orang-orang yang lewat dan yang sedia menolong.

Sikap dan tindakan orang Samaria itu sunggu menunjuk pada nilai dan inti jiwa keagamaan. Pertanyaannya bukan : siapa engkau? Apakah engkau seorang raja, pejabat, tokoh agama, tokoh intelektual, kaya raya atau bukan. Pertanyaan itu sama sekali tidak penting dalam kehidupan orang beragama yang benar atau manusia yang benar. Pertanyaan yang sanat penting adalah: Apa yang kau perbuat? Perbuatanmu itulah dirimu dan perbuatanmu itulah yang menunjukkan derajatmu. Imam dan orang Lewi yang statusnya sangat terhormat jelas bukan manusia berderajat karena perbuatannya. Orang Samaria yang dianggap hina itu adalah manusia utama yang sangat dan paling terhormat karena perbuatannya.

Tautan cerita itu dalam kehidupan beriman kita sangat jelas, kita sebagai orang Kristen harus menjadi sesama bagi tiap orang yang membutuhkan pertolongan. Kita adalah sesama orang-orang yang terkapar dan terbuang, baik oleh penindasan, pembodohan dan peminggiran (marginalisasi). Jenis yang seperti ini adalah perampokan yang dilakukan orang biasa maupun para pejabat dan penguasa. Kita adalah sesama orang-orang yang kesepian, yang teraniaya baik di dalam rumah tangga maupun yang dimasyarakat. Kita adalah sesama bagi korban-korban narkoba, penderita HIV/AIDS. Kita adalah sesama bagi korban keretakan rumah tangga dan masyarakat. Siapakah sesamaku manusia?
(Kebaktian Doa Sektor 1 dan 2 HKBP Bandung Reformanda)

Minggu, 28 Juli 2013

“Keselamatan oleh nama Yesus”



Kisah Para Rasul 4 : 12 : Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan
Matius 28 : 1-4

1 Korintus 15 : 1-8
Surga adalah tempat tinggal Allah, suatu tempat untuk menyatakan hadirat dan kemuliaan-Nya dalam segala keagungan, Dia memiliki hak penuh untuk menentukan siapa dan dengan syarat apa seseorang dapat diterima di surga. Kepercayaan lain mengenai bagaimana dan mengapa kita diterima di surga sudah pasti salah.
Seseorang bisa saja menjawab dengan percaya diri tinggi ketika ditanya mengenai imannya, dengan mengatakan: "Saya berdoa. Saya membaca Alkitab. Alkitab adalah buku terindah yang pernah ditulis. Saya seharusnya masuk surga; kalau tidak, itu tidak menyenangkan. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Suara hati saya sangat jernih. Jiwa saya pun seputih bunga melati yang tumbuh di sana, dan saya akan langsung ke surga.". Apakah cukup dengan mengatakan hal-hal di atas lantas manusia dapat masuk surga?
Allah sendirilah yang menentukan siapa yang akan langsung pergi ke surga. Dalam Alkitab, firman Allah yang kudus, Dia menyatakan bahwa hanya mereka, yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang akan diterima di surga. Nats hari ini, Rasul Paulus mengatakan, "Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan".
Penilaian diri tentang kemurnian jiwa dan kelayakan karakter seseorang untuk masuk surga bukanlah kriteria. Hanya firman Allah yang memberi kita standar penerimaan di surga yaitu: Jika kita percaya pada Kristus dan mengimani janji keselamatanNya maka keselamatan itu akan kita terima dan surgapun kita raih. Amin

Mari kita berdoa:
Terimakasih ya Tuhan Allah kami, yang baik dan penuh kasih atas firmanMU hari ini yang mengingatkan kami tentang jalan keselamatan. Kami menyatakan mau menerima karya Kristus dalam hidup kami karena dengan jalan itulah kami selamat. Kuatkanlah kami ya Tuhan agar iman dan percaya kami teguh. Amin 
(HDI Sipahutar, HKBP Bandung Reformanda)