Pernikahan merupakan institusi ilahi
yang didirikan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia. Tapi kita merasa
itu merupakan fenomena yang paling membingungkan! Disatu sisi ada banyak orang
yang tidak sabar masuk kedalamnya, sementara ada orang dengan jumlah yang sama
ingin keluar dari situ! Ada apa
sebenarnya? Satu-satunya cara untuk mengetahui adalah memulai dari awal, dengan
kisah penciptaan dipasal pertama kitab Kejadian.
Saat kita membaca cerita ini,
kita mempelajari bahwa setiap hal yang Tuhan buat adalah baik. Tuhan 7 kali
melihat bahwa apa yang diciptakan merupakan hal yang sangat baik.1 Tapi kita kemudian membaca, “TUHAN Allah
berfirman: "Tidak baik,…” Apa yang tidak baik? “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri
saja!”2 Bukankah Adam tidak benar-benar sendirian? Dia memiliki semua binatang,
beberapa dari mereka dikenal sebagai teman terbaik manusia! Tapi semua binatang
itu hanyalah mahluk hidup, sedangkan Adam memiliki nafas kehidupan.3 Dia pasti tidak memiliki satu jiwa dengan
mereka. Tuhan mengetahui kalau Adam sendiri dan dia membutuhkan teman.4
Kesepian merupakan hal yang tidak
enak; rasanya kosong, tidak lengkap, kurang persekutuan, kurang hubungan
pribadi. Kesepian adalah kekurangan kesempatan membagikan diri anda dengan
seseorang yang mengerti—seseorang yang bisa menikmati hubungan bersama anda dan
bisa anda percaya. Itulah kondisi Adam saat Tuhan pertama kali menciptakannya.
Walau hal pertama dan yang terpenting bagi Adam adalah Tuhan, tapi Tuhan
berkata kalau dia membutuhkan pasangan.
Apakah ini berarti manusia tanpa
istri kurang lengkap? Ya, kecuali dia diberikan karunia untuk membujang!
Alkitab mengajarkan bahwa membujang merupakan karunia istimewa dari Tuhan
dimana status single mengijinkan dia lebih efektif dalam pelayanan Yesus
Kristus.5
Secara umum, tidak baik bagi pria
untuk sendiri. “Aku akan membuat baginya seorang penolong” kata Tuhan. Kata
penolong datang dari 2 kata Ibrani yang berarti “suatu pertolongan” dan
“setujuan dengan dia” Wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sesuai
dengan pria, sepadan dengannya secara rohani, mental, emosi, dan fisik. Wanita
merupakan pelengkap, menyediakan apa yang tidak dimiliki pria dan memenuhi
potensi pria.
Jadi Tuhan melakukan anesthetic dan bedah pertama. Dia mengambil tulang rusuk dari pria dan dari
situ dia menciptakan wanita.6 Walau dia menciptakan pria dari debu, dia membuat wanita dari pria.
Wanita bagian dari pria. Jadi, wanita punya bagian pria, dan pria tidak lengkap
sampai dia mendapatkan bagiannya kembali dalam pribadi seorang istri. Perhatikan
bagian apa yang Tuhan gunakan—tulang rusuk. Agustinus menulis, “Jika Tuhan
bermaksud membuat wanita berkuasa atas pria, Dia akan membuat wanita dari
kepala Adam. Jika Tuhan bermaksud menjadikannya budak, Dia akan membuatnya dari
kaki Adam. Tapi Tuhan membuat wanita dari sisi pria, karena dia ingin wanita
jadi penolong dan sepadan dengan pria.” Istri adalah partner pria—bukan
properti!
Mungkin terlihat merendahkan kalau wanita
dibuat untuk menjadi penolong pria, tapi perannya sebenarnya memuliakan dia, karena
pria tidak lengkap tanpanya! Setiap pihak saling membutuhkan. Itu merupakan
hari bahagia saat Tuhan memberikan pasangan pertama. Pria langsung mengenali
istrinya sebagai bagian dari dia, dan dia memberikan wanita bentuk feminism
dari namanya, woman.7
Kalimat berikut dalam cerita ini
diucapkan oleh Tuhan sendiri, dan Kristus menyatakannya sekali lagi kemudian.
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”8 Sejak saat
itu, institusi ilahi, perkawinan dibangun. Apakah anda memperhatikan kata-kata
ibu dan bapak? Sangat menarik bahwa Tuhan membedakan dipermulaan umat manusia.
Mertua, yang berlanjut menjadi sumber perselisihan pernikahan yang terbesar,
hal ini bisa diatasi jika suami dan istri meninggalkan ibu dan bapaknya,
seperti perintah Tuhan, dan memenuhi tanggung jawab utama pada pasangan mereka
dalam pernikahan.
Kata bersatu menunjukan
nature ikatan pernikahan yang Tuhan inginkan. Pemikirannya adalah sang pria
menempelkan dirinya kepada istri. Saat dua objek dilem jadi satu mereka jadi
satu objek. Saat dua orang dilem bersama mereka juga menjadi satu. Tuhan
berkata, “dan mereka akan menjadi satu daging.” Walau kata satu daging menunjuk
pada persatuan seks, artinya lebih dari itu. Saat Tuhan membuat pria dan wanita
bersama, Dia menyatukan mereka dalam ikatan yang unik dan mendasar secara
biologis dan rohani yang mencapai jiwa mereka yang paling dalam.
Pernikahan seharusnya lebih dari
sekedar menandatangani surat dan
dua orang tinggal diatap yang sama atau berbagi ranjang yang sama. Itu
seharusnya suatu ikatan 2 kepribadian sehingga menjadi satu kesatuan. Itu
membutuhkan komitmen total dari keduanya, kombinasi yang baik dari 2 pikiran
menjadi sepikir, pernyataan bersama dari 2 emosi yang diberikan Tuhan.
Tujuannya adalah kesatuan sempurna, keintiman total, dan saling berbagi
perasaan terdalam masing-masing pasangan.
Ini jauh dari pengertian umum
bahwa pernikahan hanya menyediakan seks yang sah bagi 2 orang yang secara fisik
saling tertarik. Tuhan menciptakan seks, tapi dia ingin itu menjadi suatu
ekspresi yang indah dari kesatuan hati dan jiwa yang sudah ada. Jika kesatuan
tidak ada, tindakan fisik tidak berarti, egois, dan eksploitasi.
Apa yang kita pelajari dari
Alkitab, adalah pernikahan diberikan Tuhan sebagai penyatuan suci dimana satu
pria dan satu wanita dibawa bersama untuk saling melengkapi dan memenuhi. Pengertian tentang hal ini akan melindungi
pasangan dari banyak masalah penikahan. Suami dan istri yang menyadari bahwa
Tuhan telah menyatukan mereka tidak akan berbuat bodoh dengan saling menyakiti.
Setiap pasangan ingat untuk menyatakan kasih yang tulus dan saling pengertian,
karena pasangannya merupakan bagian dari dirinya.
Ada aplikasi lain dari bagian ini, aplikasi yang dibuat oleh Kristus
sendiri. Saat Tuhan menyatukan pria dan wanita dalam kehendakNya, Dia ingin
hubungan itu permanent. “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia.”9 Banyak orang
beranggapan bahwa jika suatu pernikahan sudah tidak berjalan mereka bisa
menghentikannya. Mereka bertanya kenapa 2 orang mau memberikan usaha dan
pengorbanan untuk pernihakan yang berhasil saat pernikahan itu sendiri bisa
dengan mudah disudahi. Konsep yang
sesat ini bisa sangat menghalangi pernikahan yang berhasil.
Saat orang Farisi bertanya pada Kristus tentang perceraian dalam hukum
Musa, Dia mengatakan kepada mereka kenapa itu diberikan pada mereka: “Karena
ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak
semula tidaklah demikian!”10 Saat Tuhan
menyatukan 2 orang Dia ingin mereka terus bersama! Jika kita bisa melihat
pernikahan dalam kesatuan yang Tuhan inginkan, perceraian akan terlihat seperti
memotong tangan atau kaki. Anda
tidak ingin memotong tangan anda bila ada pecahan batu dijari anda; anda pasti
mencoba mengeluarkannya. Juga anda tidak akan mempertimbangkan mengeluarkan
suami atau istri anda karena anda tidak bisa menyesuaikan diri dengan karakter
yang ada dalam diri mereka. Doa kami adalah pelajaran ini akan menolong anda
bisa mengeluarkan pecahan batu dari pernikahan anda.
Ada perbedaan pendapat diantara sarjana Alkitab
tentang apakah Kristus mengijinkan perceraian atau pernikahan kembali. Dia
berkata bahwa perceraian dan pernikahan kembali merupakan perzinahan kecuali
dalam kasus perzinahan.11 Beberapa
menafsirkan perkataan “kecuali terjadi perzinahan” sebagai dasar yang benar
untuk perceraian dan pernikahan kembali. Orang lain menyatakan bahwa kalimat
pengecualian itu tidak berlaku pada hubungan pernikahan sekarang, maka itu
sebenarnya tidak ada dasar Alkitab sama sekali untuk perceraian dan pernikahan
kembali. Tapi dengan cara apapun mereka menafsirkan kalimat pengecualian itu,
sebagian besar sarjana setuju tentang tujuan utama perkataan Kristus—bahwa
Tuhan ingin pernikahan itu permanent. Dia berharap kita mencari jalan untuk
menyembuhkan pernikahan kita daripada mencari alasan untuk menghilangkannya.
Ada juga perbedaan pendapat tentang pengajaran
Paulus tentang perceraian dan pernikahan kembali. Dia berkata, “Tetapi kalau
orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai.”12 Beberapa orang
berpikir ini membebaskan orang percaya untuk menikah kembali jika pasangannya
yang tidak percaya ingin bercerai. Orang lain tidak setuju. Tapi apapun cara
mereka menafsirkan perkataan itu, sebagian besar yang mempelajari Alkitab
setuju bahwa aturan umum pernikahan Paulus dibangun diawal diskusi—“seorang
isteri tidak boleh menceraikan suaminya… seorang suami tidak boleh menceraikan
isterinya.”13
Ini merupakan pembahasan yang kontroversial,
dan tidak akan mencapai kebulatan suara sampai disorga nanti. Untuk alasan ini
kita harus hati-hati dan memberikan kasih Kristus pada korban perceraian. Tapi
maksud utama dari pengajaran Alkitab ini jelas; kita jangan mengabaikannya.
Perceraian tidak diperkenankan sebagai cara mudah bagi pasangan yang tidak bisa
menyelesaikan masalah pernikahannya. Jalan menuju kebahagiaan dalam perkawinan
tidak dengan membuang yang lama dan mencari yang baru, tapi menjadi pasangan
yang baru melalui kasih karunia dan kuasa Tuhan.
“Rumput selalu lebih hijau dihalaman sebelah”
juga berlaku dalam perkawinan dan wilayah hidup yang lain. Seseorang yang
mencoba pergi kesebelah juga menemukah hal yang tidak menyenangkan yang
menghasilkan konflik dan ketegangan dalam penikahan mereka yang pertama dan
sekarang menghasilkan hal yang sama dalam pernikahan mereka yang kedua! Mereka
mungkin telah mendapatkan pasangan baru, tapi mereka sendiri tetap egois, tidak
dewasa seperti dulu.
Saya tidak pernah melupakan suara putus asa
dari Duane saat dia duduk diseberang meja dan menggambarkan kekacauan luar
biasa dalam pernikahan keduanya. Walau dia seorang Kristen, lima tahun lalu
menceraikan Nan dan menikahi wanita lain, dan membenarkan diri dengan cara
apapun. Itu suatu kesalahan besar ! Sekarang pernikahan keduanya juga kacau,
dan dia menginginkan kebahagiaan yang dulu didapat dengan istri pertamanya. Dia
ingin menikahi kembali istri pertamanya.
Tapi Duane perlu mengalami beberapa perubahan
dasar dalam prilakunya sebelum bisa berhasil menikmati hubungan pernikahan yang
sukses. Karena banyak dari kita seperti Duane, kita perlu mempertimbangkan
perubahan penting yang akan kita bahas dalam beberapa bab berikutnya.
dari berbagai sumber, St HDI Sipahutar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar