Jumat, 13 September 2013

PASKAH BAGI KITA



Hari Raya Paskah pada perjanjian lama merupakan hari peringatan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Saat itu anak-anak sulung bangsa Mesir dibunuh, namun pintu-pintu rumah orang Ibrani dilewati (dilewati atau melewati dalam bahasa Ibrani adalah “ Pésah “). Peristiwa itu diperingati dengan makan “korban Paskah”. Dalam perjanjian baru “korban Paskah” adalah Yesus Kristus sendiri yang disebut juga dengan “Anak Domba yang disembelih”. Dalam perkembangannya Hari Raya Paskah mendapat nuansa baru yaitu perayaan kebangkitan Yesus Kristus.
Satu tahun sekali orang Kristen berkumpul di gereja atau di tempat-tempat kebaktian untuk mengenangkan hari kematian dan merayakan kebangkitan Yesus Kristus yang dikenal sebagai Hari Raya Paskah. Saat-saat seperti inilah merupakan kesempatan untuk merenungkan kembali mengapa Yesus harus mati di kayu salib, apa pesan paskah, apakah artinya bagi kita. Pada setiap kebaktian akan terdengar paduan suara mendendangkan lagu-lagu pujian yang berkaitan dengan paskah antara lain “Kristus Bangkit! Soraklah” atau “Di makam yang gelap”. Ada gereja atau sekolah minggu yang mementaskan drama/fragmen khusus untuk mengenang peristiwa kematian Kristus dan kebangkitanNya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah arti paskah yang sebenarnya bagi kita umat kristen ? Apakah cukup dengan datang ke tempat kebaktian mendengarkan khotbah, bernyanyi atau mementaskan sebuah drama? Kalau hanya itu saja, kita telah tertipu oleh sebuah tradisi kekristenan dan bisa jadi kita lupa akan arti sesungguhnya pengorbanan darah Yesus Kristus yang suci itu. Kekristenan kita akan lapuk dan iman kita akan hilang kalau kita berlaku demikian.
Arti paskah dapat dilihat setidaknya ada 3 (tiga) hal penting bagi kita / manusia yaitu :
I. “Kematian Kristus itu telah membenarkan dan menyelamatkan kita”
Kita telah dibenarkan karena darahNya. Arti kata “dibenarkan” dalam alkitab adalah : dibebaskan dari tuduhan, dinyatakan tidak bersalah menurut pandangan Allah sendiri.
Kita telah dilepaskan / diselamatkan dari hukuman yang kekal. Kita telah bebas seperti halnya Barabas, yang sudah rusak akhlaknya, telah bebas dari hukuman mati. Penjahat itu telah menjadi contoh yang khas bagi manusia, memberontak, tak ber-tuhan, tak berbelas kasihan. Tetapi, karena kematian Kristus ia telah diselamatkan.
II. “Kematian Kristus itu telah menyucikan hati nurani dan batin kita”
Mari kita renungkan apa yang dikatakan dalam alkitab : “Darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”. (Ibrani 9:14)
Setiap orang mempunyai hati nurani. Hati nurani ini selalu mengadili segala pikiran, perkataan dan tingkah laku seseorang. Suara hati itu bekerja perlahan-lahan. Kadang-kadang ia mengatakan kesalahan seseorang, tetapi sebaliknya, membenarkan juga akan perbuatan seseorang.
Hati nurani itu mungkin peka, kasar atau tidak sempurna pertumbuhannya. Hal ini tergantung bagaimana kita menerapkannya.
Batin manusia itu telah dikotori oleh dosa. Manusia telah lumpuh, tak berdaya, karena hati nuraninya telah dinodai oleh dosa. Untunglah, darah Kristus telah menyucikan kita dari amal dan perbuatan yang mati, supaya kita dapat melayani Allah yang hidup. Si tunasusila telah berubah menjadi ibu yang baik dan sederhana, si anak nakal telah menjadi pelayan Kristus yang baik. Inilah arti Paskah yang sebenarnya yaitu mengubah manusia yang kotor karena dosa menjadi manusia suci dihadapan Tuhan.
III. “Kematian Kristus telah menebus kita”
Tidak ada arti yang lebih indah dalam peringatan Paskah, kecuali : kita ditebus oleh darah Kristus. Rasus Petrus mengatakan bahwa kita ditebus “...bukan dengan barang yang fana, ... melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus” (1 Pet 1 : 18 – 19)
Bukan hanya Adam tetapi semua manusia telah terkena perangkap Iblis. Manusia harus diambil dari perangkap itu dengan ditebus atau dibeli kembali. Hanya dengan jalan inilah manusia dapat berkomunikasi lagi dengan Allah.
Akhirnya di atas kayu salib di Golgota itu telah terjadi suatu penebusan atau pembayaran yang tidak ternilai harganya, yang jauh lebih mahal dari nilai kita yang sesungguhnya. Hal ini dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus karena kasihNya kepada umat kesayanganNya. Kita ditebus, dibayar kembali, dosa kita dihapuskan, kedudukan kita dipulihkan, bukan dengan barang-barang fana seperti emas, perak yang dapat sirna, tetapi dengan darah Kristus yang kekal dan mulia.
Inilah arti Paskah bagi kita, marilah kita menghargai apa yang sudah dilakukan Yesus Kristus di Golgota, dengan percaya padaNya, mengasihiNya, melakukan apa yang diperintahkanNya dengan segenap hati, jiwa dan segenap akal budi kita. Amin

St HDI Sipahutar
(Anggota Jemaat HKBP Bandung Reformanda)

Senin, 02 September 2013

Mereka Akan Menjadi Satu



Pernikahan merupakan institusi ilahi yang didirikan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia. Tapi kita merasa itu merupakan fenomena yang paling membingungkan! Disatu sisi ada banyak orang yang tidak sabar masuk kedalamnya, sementara ada orang dengan jumlah yang sama ingin keluar dari situ! Ada apa sebenarnya? Satu-satunya cara untuk mengetahui adalah memulai dari awal, dengan kisah penciptaan dipasal pertama kitab Kejadian.
Saat kita membaca cerita ini, kita mempelajari bahwa setiap hal yang Tuhan buat adalah baik. Tuhan 7 kali melihat bahwa apa yang diciptakan merupakan hal yang sangat baik.1 Tapi kita kemudian membaca, “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik,…” Apa yang tidak baik? “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja!”2 Bukankah Adam tidak benar-benar sendirian? Dia memiliki semua binatang, beberapa dari mereka dikenal sebagai teman terbaik manusia! Tapi semua binatang itu hanyalah mahluk hidup, sedangkan Adam memiliki nafas kehidupan.3 Dia pasti tidak memiliki satu jiwa dengan mereka. Tuhan mengetahui kalau Adam sendiri dan dia membutuhkan teman.4
Kesepian merupakan hal yang tidak enak; rasanya kosong, tidak lengkap, kurang persekutuan, kurang hubungan pribadi. Kesepian adalah kekurangan kesempatan membagikan diri anda dengan seseorang yang mengerti—seseorang yang bisa menikmati hubungan bersama anda dan bisa anda percaya. Itulah kondisi Adam saat Tuhan pertama kali menciptakannya. Walau hal pertama dan yang terpenting bagi Adam adalah Tuhan, tapi Tuhan berkata kalau dia membutuhkan pasangan.
Apakah ini berarti manusia tanpa istri kurang lengkap? Ya, kecuali dia diberikan karunia untuk membujang! Alkitab mengajarkan bahwa membujang merupakan karunia istimewa dari Tuhan dimana status single mengijinkan dia lebih efektif dalam pelayanan Yesus Kristus.5
Secara umum, tidak baik bagi pria untuk sendiri. “Aku akan membuat baginya seorang penolong” kata Tuhan. Kata penolong datang dari 2 kata Ibrani yang berarti “suatu pertolongan” dan “setujuan dengan dia” Wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sesuai dengan pria, sepadan dengannya secara rohani, mental, emosi, dan fisik. Wanita merupakan pelengkap, menyediakan apa yang tidak dimiliki pria dan memenuhi potensi pria.
Jadi Tuhan melakukan anesthetic dan bedah pertama. Dia mengambil tulang rusuk dari pria dan dari situ dia menciptakan wanita.6 Walau dia menciptakan pria dari debu, dia membuat wanita dari pria. Wanita bagian dari pria. Jadi, wanita punya bagian pria, dan pria tidak lengkap sampai dia mendapatkan bagiannya kembali dalam pribadi seorang istri. Perhatikan bagian apa yang Tuhan gunakan—tulang rusuk. Agustinus menulis, “Jika Tuhan bermaksud membuat wanita berkuasa atas pria, Dia akan membuat wanita dari kepala Adam. Jika Tuhan bermaksud menjadikannya budak, Dia akan membuatnya dari kaki Adam. Tapi Tuhan membuat wanita dari sisi pria, karena dia ingin wanita jadi penolong dan sepadan dengan pria.” Istri adalah partner pria—bukan properti!
Mungkin terlihat merendahkan kalau wanita dibuat untuk menjadi penolong pria, tapi perannya sebenarnya memuliakan dia, karena pria tidak lengkap tanpanya! Setiap pihak saling membutuhkan. Itu merupakan hari bahagia saat Tuhan memberikan pasangan pertama. Pria langsung mengenali istrinya sebagai bagian dari dia, dan dia memberikan wanita bentuk feminism dari namanya, woman.7
Kalimat berikut dalam cerita ini diucapkan oleh Tuhan sendiri, dan Kristus menyatakannya sekali lagi kemudian. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”8 Sejak saat itu, institusi ilahi, perkawinan dibangun. Apakah anda memperhatikan kata-kata ibu dan bapak? Sangat menarik bahwa Tuhan membedakan dipermulaan umat manusia. Mertua, yang berlanjut menjadi sumber perselisihan pernikahan yang terbesar, hal ini bisa diatasi jika suami dan istri meninggalkan ibu dan bapaknya, seperti perintah Tuhan, dan memenuhi tanggung jawab utama pada pasangan mereka dalam pernikahan.
Kata bersatu menunjukan nature ikatan pernikahan yang Tuhan inginkan. Pemikirannya adalah sang pria menempelkan dirinya kepada istri. Saat dua objek dilem jadi satu mereka jadi satu objek. Saat dua orang dilem bersama mereka juga menjadi satu. Tuhan berkata, “dan mereka akan menjadi satu daging.” Walau kata satu daging menunjuk pada persatuan seks, artinya lebih dari itu. Saat Tuhan membuat pria dan wanita bersama, Dia menyatukan mereka dalam ikatan yang unik dan mendasar secara biologis dan rohani yang mencapai jiwa mereka yang paling dalam.
Pernikahan seharusnya lebih dari sekedar menandatangani surat dan dua orang tinggal diatap yang sama atau berbagi ranjang yang sama. Itu seharusnya suatu ikatan 2 kepribadian sehingga menjadi satu kesatuan. Itu membutuhkan komitmen total dari keduanya, kombinasi yang baik dari 2 pikiran menjadi sepikir, pernyataan bersama dari 2 emosi yang diberikan Tuhan. Tujuannya adalah kesatuan sempurna, keintiman total, dan saling berbagi perasaan terdalam masing-masing pasangan.
Ini jauh dari pengertian umum bahwa pernikahan hanya menyediakan seks yang sah bagi 2 orang yang secara fisik saling tertarik. Tuhan menciptakan seks, tapi dia ingin itu menjadi suatu ekspresi yang indah dari kesatuan hati dan jiwa yang sudah ada. Jika kesatuan tidak ada, tindakan fisik tidak berarti, egois, dan eksploitasi.
Apa yang kita pelajari dari Alkitab, adalah pernikahan diberikan Tuhan sebagai penyatuan suci dimana satu pria dan satu wanita dibawa bersama untuk saling melengkapi dan memenuhi. Pengertian tentang hal ini akan melindungi pasangan dari banyak masalah penikahan. Suami dan istri yang menyadari bahwa Tuhan telah menyatukan mereka tidak akan berbuat bodoh dengan saling menyakiti. Setiap pasangan ingat untuk menyatakan kasih yang tulus dan saling pengertian, karena pasangannya merupakan bagian dari dirinya.
Ada aplikasi lain dari bagian ini, aplikasi yang dibuat oleh Kristus sendiri. Saat Tuhan menyatukan pria dan wanita dalam kehendakNya, Dia ingin hubungan itu permanent. “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”9 Banyak orang beranggapan bahwa jika suatu pernikahan sudah tidak berjalan mereka bisa menghentikannya. Mereka bertanya kenapa 2 orang mau memberikan usaha dan pengorbanan untuk pernihakan yang berhasil saat pernikahan itu sendiri bisa dengan mudah disudahi. Konsep yang sesat ini bisa sangat menghalangi pernikahan yang berhasil.
Saat orang Farisi bertanya pada Kristus tentang perceraian dalam hukum Musa, Dia mengatakan kepada mereka kenapa itu diberikan pada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian!”10 Saat Tuhan menyatukan 2 orang Dia ingin mereka terus bersama! Jika kita bisa melihat pernikahan dalam kesatuan yang Tuhan inginkan, perceraian akan terlihat seperti memotong tangan atau kaki. Anda tidak ingin memotong tangan anda bila ada pecahan batu dijari anda; anda pasti mencoba mengeluarkannya. Juga anda tidak akan mempertimbangkan mengeluarkan suami atau istri anda karena anda tidak bisa menyesuaikan diri dengan karakter yang ada dalam diri mereka. Doa kami adalah pelajaran ini akan menolong anda bisa mengeluarkan pecahan batu dari pernikahan anda.
Ada perbedaan pendapat diantara sarjana Alkitab tentang apakah Kristus mengijinkan perceraian atau pernikahan kembali. Dia berkata bahwa perceraian dan pernikahan kembali merupakan perzinahan kecuali dalam kasus perzinahan.11 Beberapa menafsirkan perkataan “kecuali terjadi perzinahan” sebagai dasar yang benar untuk perceraian dan pernikahan kembali. Orang lain menyatakan bahwa kalimat pengecualian itu tidak berlaku pada hubungan pernikahan sekarang, maka itu sebenarnya tidak ada dasar Alkitab sama sekali untuk perceraian dan pernikahan kembali. Tapi dengan cara apapun mereka menafsirkan kalimat pengecualian itu, sebagian besar sarjana setuju tentang tujuan utama perkataan Kristus—bahwa Tuhan ingin pernikahan itu permanent. Dia berharap kita mencari jalan untuk menyembuhkan pernikahan kita daripada mencari alasan untuk menghilangkannya.
Ada juga perbedaan pendapat tentang pengajaran Paulus tentang perceraian dan pernikahan kembali. Dia berkata, “Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai.”12 Beberapa orang berpikir ini membebaskan orang percaya untuk menikah kembali jika pasangannya yang tidak percaya ingin bercerai. Orang lain tidak setuju. Tapi apapun cara mereka menafsirkan perkataan itu, sebagian besar yang mempelajari Alkitab setuju bahwa aturan umum pernikahan Paulus dibangun diawal diskusi—“seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya… seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.”13
Ini merupakan pembahasan yang kontroversial, dan tidak akan mencapai kebulatan suara sampai disorga nanti. Untuk alasan ini kita harus hati-hati dan memberikan kasih Kristus pada korban perceraian. Tapi maksud utama dari pengajaran Alkitab ini jelas; kita jangan mengabaikannya. Perceraian tidak diperkenankan sebagai cara mudah bagi pasangan yang tidak bisa menyelesaikan masalah pernikahannya. Jalan menuju kebahagiaan dalam perkawinan tidak dengan membuang yang lama dan mencari yang baru, tapi menjadi pasangan yang baru melalui kasih karunia dan kuasa Tuhan.
“Rumput selalu lebih hijau dihalaman sebelah” juga berlaku dalam perkawinan dan wilayah hidup yang lain. Seseorang yang mencoba pergi kesebelah juga menemukah hal yang tidak menyenangkan yang menghasilkan konflik dan ketegangan dalam penikahan mereka yang pertama dan sekarang menghasilkan hal yang sama dalam pernikahan mereka yang kedua! Mereka mungkin telah mendapatkan pasangan baru, tapi mereka sendiri tetap egois, tidak dewasa seperti dulu.
Saya tidak pernah melupakan suara putus asa dari Duane saat dia duduk diseberang meja dan menggambarkan kekacauan luar biasa dalam pernikahan keduanya. Walau dia seorang Kristen, lima tahun lalu menceraikan Nan dan menikahi wanita lain, dan membenarkan diri dengan cara apapun. Itu suatu kesalahan besar ! Sekarang pernikahan keduanya juga kacau, dan dia menginginkan kebahagiaan yang dulu didapat dengan istri pertamanya. Dia ingin menikahi kembali istri pertamanya.
Tapi Duane perlu mengalami beberapa perubahan dasar dalam prilakunya sebelum bisa berhasil menikmati hubungan pernikahan yang sukses. Karena banyak dari kita seperti Duane, kita perlu mempertimbangkan perubahan penting yang akan kita bahas dalam beberapa bab berikutnya.
 dari berbagai sumber, St HDI Sipahutar